Aku udah selesai. Aku nunggu didepan nggak apa-apa kan? Aku juga udah beli kopi buat kamu.Hanya mendapatkan pesan seperti ini saja Dirga sudah senang bukan main. Energinya terasa langsung kembali penuh, padahal beberapa saat yang lalu ia merasa sangat lelah usai menyelesaikan work outnya.
Tanpa sadar senyumnya mengembang sempurna, dan itu jelas tertangkap oleh Rendi yang sedari tadi memperhatikan tingkah Dirga yang sedang kasmaran tersebut.
Dengan cepat Dirga segera membalas pesan yang telah Yoana kirimkan itu padanya. Masih belum menyadari bahwa Rendi memperhatikannya sedari tadi.
"Bro, gue duluan ya?" Pamit Dirga pada sahabatnya setelah menyimpan kembali ponselnya kedalam saku, tetap tanpa melunturkan senyumnya.
"Buru - buru banget, mau kemana lo?" Tanya Rendi yang kini tengah membenarkan tali sepatunya.
"Yoana udah nunggu,"
Rendi mengangguk, as expected. Pasti Yoana lah penyebab dari senyuman menggelikan Dirga itu berasal. Siapa lagi kalau bukan perempuan itu?
Rendi ikut senang mengetahui perkembangan hubungan antara Yoana dan Dirga sekarang. Melihat Dirga yang akhir - akhir ini selalu sumringah dan tidak lagi sering melamun tanpa sebab seperti sebelumnya, membuat Rendi sedikit lebih tenang. Apalagi ditambah dengan hadirnya perempuan dari masa lalu Dirga itu. Ia sempat takut kehadirannya malah membuat Dirga ragu dengan perasaannya sendiri. Namun untungnya kekhawatirannya itu tidak benar terjadi.
Dirga memang tidak pernah mengingkari kalimat yang keluar dari bibirnya.
Dirga sahabatnya, dan Rendi juga mengenal Yoana, perempuan itu begitu baik dan memang terlihat begitu cocok berdampingan dengan Dirga. Ia tidak akan pernah membiarkan Dirga menyakiti perempuan itu. Apalagi setelah Dirga mengetahui semua hal yang telah Yoana lalui dimasa lalunya. Kalau sampai Dirga benar- benar berani melakukannya, Rendi tidak akan segan melayangkan tinjuannya pada wajah sahabatnya itu.
Dirga memanglah sosok yang terlihat begitu sempurna tanpa celah. Baik rupa maupun sifatnya. Namun dibalik itu semua, sejujurnya sifat baik itulah yang menjadi titik kelemahan dari seorang Dirga.
Perasaan. Dirga lemah dan begitu sensitif dengan suatu hal yang bersangkutan dengan hati.
"Yaudah, duluan aja. Takutnya Yoana udah kelamaan nunggu."
"Iya. Duluan aja, Dir. Mau ngedate kan kalian berdua." Balas Nico yang kini ikut bergabung setelah membersihkan diri usai sesi gym nya.
Setelah mengetahui hubungan antara Yoana dan Dirga yang akhirnya official, laki-laki itu menjadi semakin gencar menggoda Dirga bersama dengan Calvin. Namun berbeda halnya dengan Elang dan Rendi, mereka berdua terlihat lebih santai menanggapinya.
Didikan Calvin memang selalu menyesatkan.
"Iri bilang aja, Co. Weekend ini nggak ada yang mengajak lo jalan kan?"
Nico mencebikkan bibirnya, "Gue masih ada pemotretan dipuncak habis ini."
Rendi dan Dirga sontak terkekeh mendengarnya, kapan lagi bisa mendengar Nico mengeluh seperti sekarang ini. Mana yang katanya bekerja sesuai hobi akan selalu menyenangkan? Tidak juga.
Setiap orang pasti akan mengalami titik dimana ia merasa jenuh. Bahkan dengan suatu hal yang digemari oleh orang tersebut sekalipun. Jika ia harus melakukannya secara terus menerus, pasti lama kelamaan akan merasa muak juga pada akhirnya, kan?
"Yoana nunggu lo dimana?"
"Di depan. Tempat biasa dia latihan yoga udah kosong tadi gue lihat." Balas Dirga sambil membenarkan tali tas di bahunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Oh La La Laa
General FictionGoddess series #1 ------------------------------ Please allow me Into your reality I'll approach you, so hold on to me.. Written in bahasa Start : Januari /26 /2021 End : Desember/14/2022