BAB 72

7.3K 511 29
                                    

Tak satu detik pun Yoana berniat untuk mengalihkan pandangannya dari laki-lakinya yang baru saja masuk kedalam kamar usai membersihkan diri.

Aroma segar dari sabun juga shampo yang Dirga gunakan seketika menguar memenuhi udara disepenjuru kamar bernuansa abu muda ini.

Yoana memejamkan matanya sejenak, dihirupnya dalam-dalam udara beraroma segar itu.

Ini nyata.

Dirga tidak meninggalkannya.

Dalam diamnya Yoana bersyukur masih diberi kesempatan untuk bertemu dengan kekasihnya itu. Ia pikir dirinya sudah sangat terlambat, namun ternyata Tuhan berkehendak lain.

Demi apapun, mulai detik ini Yoana tidak akan pernah menyakiti Dirga lagi dengan sikap dan tindakan bodohnya seperti hari lalu.

Itu janjinya.

Tanpa Yoana sadari, diam-diam Dirga sudah berada di hadapannya. Memandangi wajah ayu sang kekasih yang tengah terpejam. Lalu dialihkannya pandangannya itu pada luka memar di dahi Yoana yang sudah ia obati tadi.

"Jangan seperti ini lagi, ya?" Yoana membuka matanya perlahan-lahan, saat suara lembut Dirga mengalun merdu memasuki indera pendengarannya.

Dirga menyentuh pelan luka memar di dahinya itu dengan ujung jari, "Don't hurt yourself anymore, apalagi penyebabnya hanya karena aku."

Dirga khawatir bukan main saat baru saja memasuki unit apartemennya tadi.

Awalnya ia pikir itu Audrea, sang adik. Namun ternyata seseorang yang menangis sambil duduk bersimpuh dilantai ruang tamu dengan penampilan kacau, tak lupa dengan tangisnya yang terdengar begitu menyayat hati itu ternyata sang kekasih yang hampir satu Minggu ini tak ditemuinya.

Lalu ditambah setelah mendengar cerita tentang Yoana yang hampir mengalami kecelakaan mobil saat perjalanan menuju apartemennya, tak perlu ditanyakan lagi bagaimana respon Dirga setelahnya.

"Kalau sampai ada kejadian seperti ini lagi, aku nggak akan pernah membiarkan kamu menyetir mobil sendiri." Ujar Dirga yang dibalas Yoana dengan mencebikkan bibirnya.

"Biar kemana-mana aku yang antar." Tambah Dirga.

Yoana menggeleng pelan, "Iya, aku janji nggak akan terulang lagi."

Belaian lembut jemari Dirga pada sisi wajahnya begitu menenangkan, membuat Yoana perlahan kembali memejamkan kedua matanya. Menikmati suasana tengah malam berlatar suara rintik hujan dari luar sana, dan sebagai pelengkapnya kehadiran Dirga disisinya.

Sentuhan seringan kapas itu berhenti tepat dipipinya, saat Yoana memanggilnya,
"Dirga, " panggilannya pelan.

"Hmm?"

"Apa kamu yang mengirim makanan dan juga obat saat aku sakit?" Tanya Yoana setelah menyadari respon Dirga yang tidak begitu terkejut saat tadi Yoana mengatakan kalau ia sempat sakit sampai harus mengambil cuti kerja selama tiga hari.

Bukannya segera menjawab pertanyaannya, Dirga malah terkekeh kecil, lalu tersenyum sambil menatap kedua mata Yoana yang masih tampak sembab itu, "Ternyata aku nggak pandai main petak umpet, ya?"

Jadi benar, orang itu adalah Dirga?

Setelah Dirga menemui Leona di kantor Calvin hari itu, laki-laki itu memang pergi keluar kota selama beberapa hari. Sengaja tidak memberi kabar Yoana, karena toh ia pergi hanya sebentar, dan saat itu keadaannya memang sedang tidak memungkinkan bagi keduanya untuk saling mengabari. Dan pikirnya, hal itu juga bisa menjadi satu kesempatan bagi Dirga untuk memberi Yoana waktu untuk menenangkan diri.

Namun ternyata Dirga salah perhitungan. Bukannya mendapat ketenangan diri, kekasihnya itu malah jatuh sakit karena terlalu mengkhawatirkan dirinya.

Cemas dan khawatir, itu sudah pasti. Dirga pun sampai tidak bisa tenang saat di dalam pesawat. Dan juga menyesalkan kenapa Adrian baru mengabarinya saat Dirga sudah akan berangkat. Kan Dirga jadi tidak bisa melakukan sesuatu untuk sang kekasih.

Oh La La LaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang