"Kesini tadi naik taksi?"
"Iya, Rafa rewel nggak bolehin aku nyetir sendiri. Jadi naik taksi." Balas Karina sembari membenarkan letak tali tasnya. Lalu tersenyum melihat Rafa yang terlihat nyaman bersama dengan Dirga. Padahal keduanya baru bertemu. Dan tidak biasanya Rafa seperti ini.
"Mengantuk little boy?" Tanya Dirga pada Rafa yang di angguki bocah laki-laki itu.
Seperti kedekatan seorang ayah dan anak. Ya, begitulah yang Karina lihat saat ini. Bahkan tadi saat makan pun Rafa meminta Dirga untuk menyuapinya. Bocah itu sampai mengabaikan keberadaan mamanya sendiri. Padahal biasanya Rafa tidak pernah ingin jauh dari Karina. Namun hari ini sosoknya seketika tergantikan karena kedatangan Dirga.
Karina segera mengalihkan pandangannya dari pemandangan indah di sampingnya itu. Tidak ingin keinginan lamanya datang kembali.
"Tidur aja, it's okay, boy." Ujar Dirga sembari mengusap kepala Rafa yang bersandar nyaman pada bahunya.
Sejujurnya Karina sangatlah canggung bertemu dengan Dirga setelah sudah hampir...enam tahun, lamanya.
Sejak mendapatkan telepon dari Dirga kemarin, sebenarnya Karina sudah tau apa yang akan teman kuliahnya itu ingin bicarakan dengannya.
Dirga ialah orang yang sangat jeli. Laki-laki itu pasti sudah mencurigainya sejak awal. Dan ia rasa sekarang memang sudah saatnya untuk mengatakan alasannya menghindari Dirga dulu.
Siap tidak siap, Karina harus menjelaskannya. Terserah respon apa yang akan Dirga berikan nanti. Marah, kecewa, atau bahkan Dirga yang mungkin akan membencinya.
"Habis ini mau kemana?" Tanya Dirga dengan mata yang terus memperhatikan Rafa yang terlihat mengantuk di gendongannya.
Bocah laki-laki itu mengucek matanya yang sesekali sudah terpejam, dan itu sangat menggemaskan di mata Dirga.
"Mau langsung pulang aja sih. Udah waktunya Rafa tidur siang juga." Balas Karina setelah merapikan poni Rafa yang berantakan.
"Aku antar."
Karina mengerutkan dahinya, menatap Dirga yang berdiri disebelahnya, "Memangnya kamu tau alamat ku yang sekarang?"
"Oh, ya...pasti sepaket dengan nomor telepon ku." Lanjut Karina yang sudah paham bagaimana cara Dirga mendapatkan semua informasi tentangnya.
"Maaf. Aku nggak bermaksud memata-matai." Balas Dirga setelah mereka turun dari eskalator.
Karina tersenyum, "Nggak apa-apa."
"Dan..Dir, pakai gue-lo aja ya? Toh, Rafa udah tidur."
Ya, aku kamu yang sebelumnya mereka gunakan memang mereka terapkan karena adanya Rafa diantara Dirga dan Karina. Jadi setelah memastikan anak laki-lakinya itu tidur, Karina pikir mereka tidak perlu memakai panggilan itu lagi.
Dirga ikut memperhatikan Rafa. Yang ternyata memang sudah terlelap, padahal beberapa menit yang lalu Dirga masih mendengar bocah laki-laki itu bergumam menghitung domba.
"Padahal seperti ini juga nggak masalah. Dulu juga gini kan?"
Karina hanya tidak ingin kembali terbawa perasaan, apa laki-laki itu tidak mengerti juga?
Melihat ekspresi wajah Karina yang terlihat keberatan dengan usulannya itu membuat Dirga akhirnya mengendikan bahunya, "Oke, gue-lo."
Tidak ada lagi yang berbicara. Mereka berjalan menuju basement tanpa suara. Namun sesekali Dirga mendengar orang-orang mengatakan kalau mereka terlihat seperti keluarga bahagia. Dan Dirga tidak bisa menyangkalnya, karena menurutnya pun begitu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Oh La La Laa
General FictionGoddess series #1 ------------------------------ Please allow me Into your reality I'll approach you, so hold on to me.. Written in bahasa Start : Januari /26 /2021 End : Desember/14/2022