BAB 10

10.1K 864 11
                                    

Yoana mengetuk-ngetukkan jarinya pada kemudi. Belum berniat meninggalkan mobilnya, padahal perempuan itu telah memarkirkan mobilnya di basement apartemen sejak setengah jam yang lalu.

Pikirannya berkelana pada kejadian beberapa waktu yang lalu ketika ia bertemu dengan Dirga di rumah sakit. Dan sosok perempuan berambut panjang yang Yoana tebak berusia pertengahan dua puluh tahunan itu ikut menyapanya, tak lama setelah ia mengenalkan Adrian pada Dirga.

Yoana mengingat suara itu, suara yang didengarnya pagi itu.

Dilihat dari kedekatan dan interaksi keduanya, Yoana menyadari ada sesuatu diantara mereka.

Tidak mungkin tidak ada sesuatu  sampai-sampai tangan perempuan bernama Audrea itu melingkari lengan Dirga dengan manja.

Bahkan Dirga yang baru saja tiba beberapa jam di  Jakarta usai penerbangan panjangnya rela menjemput perempuan itu dirumah sakit setelah menyelesaikan jam kerjanya.

Jelas-jelas hal itu membuktikan segalanya bukan?

Yoana mendengus.

Apa memang laki-laki tidak pernah cukup menjalin hubungan dengan satu perempuan saja?

Apakah harus ada yang kedua, ketiga dan seterusnya?

Berkata kalau ia masih sendiri, padahal dibelakangnya ada perempuan yang memasrahkan hatinya pada laki-laki itu.

Kalau alasannya karena cinta, itu berarti kata cinta yang terucap dari bibir laki-laki saat menyatakan perasaannya itu hanyalah sebuah omong kosong. Yang bisa dengan mudah di sampaikan pada semua orang.

Yoana tersenyum miring,

Cinta? Satu kata itu tidak lagi Yoana percaya sejak lama. Ia muak dengan semua itu.

Yoana jadi mengingat kalimat yang ibunya sampaikan saat menelfonnya beberapa waktu yang lalu,

"Tapi Ibu akan lebih bahagia kalau Ibu juga melihat putri Ibu satu-satunya ini bisa bersama dengan laki-laki yang dicintainya."

"Jangan kamu sama ratakan semua laki-laki itu sama. Yang lalu biarkan saja, cukup jadikan sebagai pelajaran. Jangan sampai semua itu menghalangi masa depanmu, atau bahkan merusaknya. Ibu ingin melihat kamu bahagia, Ana."

Mana yang kata ibunya kalau semua laki-laki itu tidak sama? Nyatanya semuanya sama saja.

Hanya bisa berdusta dan akan terus berdusta.

Apa dengan hidup bersama dengan laki-laki yang dicintainya akan membuat ia bahagia? Sepertinya tidak juga. Setelah bertahun tahun lamanya ia membekukan hatinya, tanpa membiarkan laki-laki manapun menyentuh hatinya, ia bisa membuktikan kalau ia juga masih bisa bahagia.

Dan Yoana tidak akan tertipu.

Dia tidak ingin menjadi seperti ibunya dulu. Akibat dari terlalu mengagungkan suatu hal bernama cinta.

***

"Mind to explain?"

Dirga yang baru saja mendudukkan dirinya di sofa bergabung dengan Audrea setelah menyelesaikan kegiatan bersih-bersih diri menaikkan sebelah alisnya.

"Explain about?"

"That woman. Your new 'girl' huh?"

Dirga terkekeh, "New girl? Apa maksudnya?"

Audrea mendengus. Ia sudah sangat hafal dengan tabiat kakak laki-lakinya itu, sampai-sampai kedua orang tuanya juga ikut bosan dengan tingkah Dirga yang selalu dekat dengan banyak perempuan, namun tidak ada dari mereka yang Dirga anggap serius.

Audrea pikir kakaknya itu sudah berhenti, setelah hampir dua tahun Dirga tidak lagi dekat dengan banyak perempuan. Namun ternyata Dirga ya tetap Dirga. Tidak peduli perempuan itu hanya memanfaatkan dompet tebalnya saja, ia tetap akan menaklukkannya.

"Dia mendekati lo hanya karena ingin menghabiskan isi dompet lo aja kan?"

"Lo seribu persen salah kalau menganggap Yoana seperti itu. Adanya Yoana malah membuat gue meragukan pesona gue." Audrea menautkan kedua alisnya tidak paham dengan apa yang kakaknya maksud.

Dirga kembali melanjutkan kalimatnya setelah menyadari kalau Audrea belum memahami maksud ucapannya, "Pesona gue sama sekali nggak berpengaruh pada Yoana. Apa setelah dua tahun gue mencoba menjadi lelaki baik-baik pesona gue jadi hilang?"

Audrea mendengus, andai saja perempuan diluar sana tau tingkah laku Dirga yang seperti ini.

"So?"

"Kalau biasanya perempuan-perempuan itu yang mengejar gue, kali ini sebaliknya. Gue yang mengejar Yoana. Tapi sepertinya nggak mudah, dia sulit untuk gue gapai." Terang Dirga lagi.

"Ya, gue pikir dia nggak tertarik dengan lo Bang."

Dirga mengerutkan keningnya, kali ini ia yang tidak mengerti perkataan Audrea.

"Maksudnya?"

"Gue lihat dia nggak menampilkan ekspresi cemburu sama sekali saat gue sengaja menggandeng lo tadi."

"Oh," Dirga mengangguk, sangat paham dengan itu. "I told you, Yoana itu berbeda."

"Gue suka perempuan seperti itu. She looks so classy, elegant, dan mahal."

Dirga menoleh sepenuhnya kearah Audrea, "Lo setuju kalau gue dengan dia?" Tanya Dirga heran, karena setelah sekian lama akhirnya adiknya itu menyukai salah satu perempuan yang dekat dengannya.

"Ya,"

"Thanks sister. Gue jadi semakin semangat untuk mendekati Yoana."

Audrea mengangguk, sekarang ia mengerti kenapa kakaknya itu tidak lagi mendumel saat harus bolak-balik Jakarta-Boston seperti saat setiap kali ia menelfonnya—memberi kabar kedatangannya di Jakarta. Bahkan tadi seorang Dirga tersenyum kelewat lebar saat menapakkan kakinya di Jakarta sambil bercerita kalau kali ini ia bisa menetap selama satu bulan kedepan di Jakarta.

Jadi karena seorang perempuan bernama Yoana huh?

"Lalu laki-laki yang bersama dengan Mbak Yoana tadi siapa?" Tanya Audrea penasaran.

"Teman kantornya. Gue pernah bertemu dia sebelumnya, tapi baru tadi kenalan."

Audrea mengangguk sembari ber 'oh' ria.

"Sepertinya mereka sangat dekat."

-

Info update atau spoiler cek,
ig: _raawwrr.rr

Oh La La LaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang