BAB 54

4.9K 455 38
                                    

First of all,

Ada yang kangen aku tidak? Hehe
Nggak ada ya? :(
Yaudah deh nih langsung aja,

Happy reading!!

**

"Thank you so much, uncle Aga."

"Anything for you, boy" Balas Dirga sembari mengusak gemas rambut Rafa. Lalu setelahnya bocah laki-laki itu kembali asik bermain lego dan tak lupa membawa serta mobil-mobilan pemberiannya.

" Lo nggak perlu repot-repot membelikan Rafa mainan. Mobil-mobilan Rafa udah banyak." Ujar Karina sambil menunjuk sebuah box besar dipojok kamar yang berisi banyak mainan milik Rafa dengan dagunya.

Dirga memutuskan pandangan dari Rafa, beralih menatap Karina yang kini ikut berdiri di sebelahnya yang bersandar pada kusen pintu.

"Nggak apa-apa, biar koleksi mobil-mobilannya Rafa makin lengkap."

Karina mengajak Dirga menuju ruang tamu, meninggalkan Rafa yang sedang sibuk bermain di kamarnya.

"Kenapa nggak ngasih tau kalau kemarin Rafa sakit?" Tanya Dirga usai meminum jus jeruk yang Karina sajikan untuknya. Setelah sebelumnya Karina sempat menawarinya untuk makan siang, namun berakhir mendapat penolakan dari Dirga, karena setelah ini laki-laki itu akan ada janji makan siang bersama seseorang.

Karina mengerutkan dahinya, "Di kasih tau Rea, ya?"

"Hmm,"

Karina menghela nafasnya, "Nggak ada alasan kenapa gue harus mengabari lo. Toh, sakitnya Rafa nggak parah. Hanya flu."

"Gue sudah bilang, kalau ada apa-apa lo bisa menghubungi gue. Apalagi masalahnya berhubungan dengan Rafa." Ujar Dirga dengan tegas.

"Thanks, tapi gue bisa mengurus Rafa sendiri, Dir. Lima tahun gue hanya hidup berdua dengan Rafa, everything was fine. Hanya sakit seperti ini nggak ada apa-apanya."

Dirga mengangguk. Diperhatikan Karina yang duduk dihadapannya, namun ia sadar, netra milik perempuan itu sama sekali tidak pernah berani menatapnya sejak awal.

Dugaannya benar, Karina menghindarinya. Tapi karena apa?

"Apa gue melakukan kesalahan?" Tanya Dirga, "Apa gue terlalu ikut campur di kehidupan kalian? Kalau iya, gue minta maaf. Tentang gue yang sampai harus meminta bantuan Calvin untuk mencari alamat lo, itu gue lakukan karena gue khawatir. Gue melakukan itu karena gue ingin tau kabar lo setelah sekian lama. Apalagi ditambah dengan lo yang tiba-tiba mengenalkan Rafa sebagai anak lo."

Karina tidak tau harus membalas perkataan Dirga dengan kalimat apa. Bukankah saat itu ia sudah membongkar rencana bodohnya pada Dirga, dan seharusnya laki-laki itu sudah membencinya sekarang, kan? Tapi kenapa malah seperti ini?

Boro-boro membencinya, laki-laki itu bahkan tidak marah padanya. Malahan, semakin memperhatikannya. Terlebih pada Rafa.

Jujur ada alasan lain mengapa Karina membatasi interaksinya dengan Dirga,  selain karena malu dan merasa bersalah, ia juga tidak ingin Rafa menjadi ketergantungan akan keberadaan Dirga di dekat putranya itu. Dirga  cukup memiliki pengaruh besar terhadap Rafa. Saat sakit kemarin pun, dalam tangisnya Rafa selalu mengatakan ingin bertemu dengan Dirga. Baru satu kali bertemu saja tingkah Rafa sudah seperti itu. Bagaimana jadinya kalau sudah sering bertemu? Dan berakhir dengan Rafa yang akan meminta sesuatu yang mustahil pada Dirga?

Karina menggeleng samar, ia tidak bisa membayangkannya lebih jauh.

"Gue nggak pernah ambil pusing tentang sikap 'memata-matai' lo itu. Lo nggak usah merasa bersalah."

Oh La La LaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang