"Aku menyukaimu,"
Yoana kaget setengah mati,
Brakk!!
Pintu mobil diseberangnya kembali ditutup usai dibuka dengan tanpa adanya aba-aba oleh Leona.
Yoana berdecak, lalu kembali melanjutkan kegiatannya yang tertunda, mengikat rambut panjangnya menjadi bun.
"I'm straight." Ujarnya setelah selesai memperhatikan penampilannya dari spion tengah mobil.
Leona memutar bola matanya, "Also me!!"
"Maksud gue, apa semalam Dirga mengatakan hal itu?"
Yoana mengerutkan dahinya, lalu berdecak, "Menurut lo apa yang biasanya orang lakukan kalau sedang sakit?"
"Take a rest,"
"Yaudah. Dirga juga sama." Lalu dilajukannya mobilnya meninggalkan bangunan tinggi milik keluarga Hutama tersebut.
"Oh, you were sleeping together?"
"Ya." Iya kan? Semalam mereka berdua memang tidur bersama, di ruang tengah, dengan televisi yang menyala hingga subuh? Atau....entahlah. Bahka Yoana saja tidak menyadari kapan Dirga menggendong—membawanya pindah ke kamar Audrea.
"Ohh my gosh! Yoana.....padahal gue tadi hanya bercanda." Ujar Leona dengan mata berbinarnya. Tatapan mata yang sama, yang biasa Leona tunjukkan setiap kali berhasil mendapatkan tas limited edition incarannya. Eh, atau melotot? Karena jika dilihat, bola mata milik sahabatnya itu seakan siap melompat dari tempatnya.
"You need to wash your dirty brain so soon, Leona." Jengah Yoana, saat tau apa isi pikiran dari mantan model dihadapannya ini.
"So how was he?"
Yoana diam,
"Apa dia mahir dalam melakukan..." Leona menjeda kalimatnya, dilanjutkannya dengan memanyunkan bibirnya, lalu digerakkannya seolah tengah memberikan sebuah kecupan.
Yoana lagi-lagi mendengus, namun tetap memilih bungkam.
"Dilihat dari wajah lo yang selelah ini, sepertinya, he is really really really..."
"Diam! Atau gue turunkan lo disini?"
Leona berdecak, "Eyy, gue hanya penasaran."
"We didn't do that. Okay?" Ujar Yoana yang dibalas Leona dengan tatapan menghakiminya. Masih belum percaya dengan apa yang Yoana katakan.
God! Apakah selama ini Leona tidak menyadari, kalau yang membuat seorang Calvin menjadi semenyebalkan itu adalah tingkah dari Leona sendiri?
Poor Calvin. Maaf kalau sebelumnya gue pernah ikut memaki, seperti pagi itu misalnya. Batin Yoana.
Yoana menghela nafasnya, menyerah.
"Gue dan Dirga memang tidur...bersama, hanya tidur. Awalnya gue ingin menemani Dirga menonton sepakbola. Tapi pada akhirnya gue ketiduran, dan saat bangun gue sudah ada di kamarnya Audrea. That's it." Jelas Yoana dengan sesekali menolehkan wajahnya pada Leona."Nggak ada lanjutannya?"
"Gue mandi, lalu memilih baju Audrea yang sekiranya cocok untuk gue pakai, bikin sarapan, pergi kekantor, melakukan pertemuan dengan client, makan siang bersama tim gue dengan tambahan Adrian, mengecek beberapa laporan, melanjutkan pekerjaan gue mengejar deadline, lalu pulang kerja gue menjemput lo." Bukankah itu sudah cukup menjelaskan sepadat apa jadwalnya hari ini, hingga mengakibatkan dirinya menjadi selelah ini.
Diliriknya Leona yang kini kembali menyandarkan tubuhnya pada jok, pertanda bahwa perempuan itu sepertinya sudah menyerah untuk menggodanya. Syukurlah.
"Wait, ini mau kemana?" Tanya Leona beberapa saat kemudian setelah menyadari bahwa mobil yang Yoana kemudikan tidak melewati jalan yang biasa mereka lalui.
"Ke tempat Dirga sebentar."
"Semalam belum puas ya?"
"Leona sialan! Gue bersumpah akan membakar novel romance lo itu kalau lo mulai lagi."
"Kidding babe!"
"Lo jadi terdengar seperti Calvin."
"YOANA!!!"
Yoana terkekeh, "That's named karma, Babe."
***
"Ikut keatas atau mau menunggu gue disini?" Tanya Yoana sembari melepas seatbeltnya.
"Ikut. Gue penasaran seperti apa tempat tinggal dari seorang Audirga, putra sulung dari profesor di universitas gue dulu."
Yoana mengernyit, "Dirga what?"
"Putra sulung dari profesor di universitas tempat gue kuliah dulu."
"Memangnya gue belum pernah cerita ya?" Tanya Leona memastikan, sembari menolehkan wajahnya pada Yoana.
Yoana mengernyit, "Mungkin belum? Atau gue lupa,"
Leona mengangguk, "Ah, sepertinya gue memang belum cerita. Karena gue baru menyadarinya baru-baru ini."
"Waktu mendengar nama belakang dari Dirga, Diprasetya, gue merasa tidak asing. Dan, yah... itu karena ternyata Dirga putra dari salah satu profesor di universitas gue dulu." Tambah Leona menjelaskan.
Terdiam sejenak, Yoana merasa hidupnya perlahan mulai berubah semenjak dirinya menjalin hubungan pertemanan dengan seorang Calvin. Ya, semuanya berawal dari sana. Hingga saat ini saja sebenarnya Yoana masih belum percaya kalau ia, yang bukan siapa-siapa bisa mengenal, bahkan bisa berteman dengan seorang Calvin Prahasa Hutama. Lalu sekarang apalagi, Dirga anak dari seorang profesor?
Apakah dirinya pantas berada di lingkaran ini?
Yoana menghela nafasnya, lagi.
Memang tidak bisa dipungkiri, sekali dekat atau berurusan dengan orang-orang berpengaruh, maka seterusnya akan terus begitu.
Sepertinya Yoana harus mulai terbiasa untuk mendengar kejutan kejutan baru yang akan di dapatkannya setelah tanpa sengaja ikut masuk kedalam lingkaran pertemanan dari seorang Calvin dan Dirga ini. Mungkinkah salah satu dari mereka diam-diam merupakan anak dari seorang presiden? Who knows kan?
Intinya hanya satu, Yoana harus pintar-pintar menjaga batasannya, agar dirinya tidak ikut menjadi sorotan.
Yoana keluar dari mobil terlebih dahulu, setelah sebelumnya mengambil dua paper bag dari jok belakang.
"Kalau gitu bantu gue bawa ini," seru Yoana sembari mengulurkan sebuah paper bag lain dari tangannya— bergambarkan logo restoran yang diketahui menjual beragam menu makanan sehat, itu pada Leona.
"How sweet you are." Goda Leona setelah mengambil alih paper bag tersebut dari tangan Yoana.
"Let's go meet your future hubie, best friend."
-
Info update atau spoiler cek,
ig: _raawwrr.rr

KAMU SEDANG MEMBACA
Oh La La Laa
Tiểu Thuyết ChungGoddess series #1 ------------------------------ Please allow me Into your reality I'll approach you, so hold on to me.. Written in bahasa Start : Januari /26 /2021 End : Desember/14/2022