BAB 27

6.8K 643 8
                                    

Jadi begini rasanya disupiri oleh seorang bos besar dengan mobil mewahnya. Yoana tidak habis pikir menjadi seorang Leona yang merasakan hal seperti ini setiap harinya. Pantas saja sahabatnya itu tiba-tiba memiliki banyak haters di media sosial semenjak bekerja dengan seorang Calvin. Sampai-sampai Leona mematikan fitur kolom komentar pada setiap postingannya karena malas meladeni tingkah bar-bar dari para fans fanatik Calvin yang merasa iri dengan apa yang telah Leona dapatkan selama ini.

Satu hal yang mereka tidak pernah tau, dibalik itu semua sebenarnya Leona sangat ingin mengundurkan diri dari pekerjaannya saat ini. Yoana sampai bosan mendengar curhatan Leona yang selalu saja menyesali keputusannya untuk menandatangani kontrak yang Calvin berikan padanya beberapa bulan yang lalu.

Yoana tidak paham dengan mereka berdua. Terlebih pada Calvin yang sepertinya memang sengaja memperlakukan Leona seperti itu. Membuat sahabatnya jengkel dengan sikap menyebalkan Calvin yang selalu saja memperlakukan Leona semaunya—sebut bossy. Memerintahnya ini itu, mengancam akan memotong gaji, hingga mengancam akan memberikan denda senilai gajinya selama bekerja dengan Calvin jika Leona berani mengajukan surat pengunduran diri. Yang mana hal tersebut berhasil membuat Leona tidak bisa melakukan apa-apa.

Yoana paham betul itu semua hanya akal-akalan Calvin saja agar selalu bisa bersama dengan Leona. Ia juga sudah memberitahukan pendapatnya itu pada Leona, namun tetap saja sahabatnya itu menyangkalnya. Mengatakan bahwa,  "Mana mungkin Calvin suka dengan gue. Yang ada, sepertinya dia memiliki dendam pribadi dengan gue.", Ya terserah lah. Lihat saja nanti bagaimana kedepannya kelanjutan hubungan dari mereka berdua.

"Lo bisa diam nggak sih?!"

Yoana memutar bola matanya, lalu memilih untuk memejamkan matanya. Ketika dua orang berbeda gender yang duduk di jok depan kembali berulah.

"Terserah gue, mobil juga mobil gue. Kalau lo nggak suka, gue nggak masalah untuk menurunkan lo disini." Jawab Calvin dengan entengnya. Yang sontak membuat Leona berdecak kesal.

"Tapi suara lo ganggu! Gue mau tidur."

Calvin melirik perempuan yang duduk di sampingnya itu, lalu beralih pada Yoana.

"Na,"

Yoana membuka matanya, kemudian menaikkan sebelah alisnya menanggapi Calvin, "Apa?"

"Suara gue bagus kan ya?"

Jadi kali ini perkara Calvin yang sedari tadi menyanyi mengikuti setiap lagu yang terputar dari radio huh?

"Bagus." Jawab Yoana jujur. Karena memang suara Calvin enak di dengar.

"Dengar kan?"

Leona mendengus, "Iya bagus, sampai gue mual dengarnya." Yang dibalas Calvin dengan kekehan saat melihat Leona yang menutupi seluruh wajahnya dengan jaket—tidur.

Yoana menghela nafasnya, akhirnya selesai juga perdebatan tidak berbobot ini. 

Melihat sosok Leona yang sepertinya sudah benar-benar tertidur, Calvin yang merasa butuh teman berbincang memutuskan untuk kembali membuka suara.

"Kenapa nggak menerima ajakan Dirga untuk mampir ke rumah orang tuanya?"

Yoana memutus perhatiannya dari layar ponsel ketika mendengar suara Calvin, "Kenapa gue harus?"

Calvin tersenyum tipis, sepertinya perjuangan Dirga tidak semudah kelihatannya, batinnya.

"Gue perhatikan kalian sering bertemu akhir-akhir ini. Kalian sepertinya sudah sedekat itu."

"Karena kami satu projek. Lo juga tau itu." Yoana terkekeh, "Jangan bilang lo berpikiran seperti Leona, yang mengira kalau ada sesuatu diantara gue dengan Dirga. Iya?"

Oh La La LaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang