BAB 38

6.5K 615 29
                                    

"Oh, wow? Gue nggak menyangka lo bisa bangun sepagi ini?" Heran Yoana melihat Leona yang sudah nampak siap dengan setelan formal Ralph Lauren nya, tengah menyeduh kopi di cangkir keramik favoritnya...di dapur? Seorang Leona berkutat di dapur?! Juga apa itu, dua piring nasi goreng dengan telur mata sapi yang terlihat sedikit gosong di atas meja makan?

Bencana!

Tunggu...Yoana perlu memastikan sesuatu, ia mengedarkan pandangannya ke penjuru dapur, dilihatnya kondisi dapurnya yang masih sama seperti biasanya, tidak ada bekas panci yang hangus, ataupun sisa-sisa bekas baru saja terjadi kebakaran. Hanya saja terdapat bertumpuk alat masak di atas wastafel yang belum di cuci.

Yoana menghela nafasnya lega, syukurlah. Masalah cuci mencuci bisa diselesaikannya nanti sepulang bekerja.

"Pagi, honey!" Sapa Leona kelewat bersemangat.

"Mau kopi, teh atau susu?"

Yoana menarik salah satu kursi makan, "Coffee, please."

Yoana sebenarnya merasa sedikit aneh dengan apa yang tengah terjadi pada Leona sekarang. Leona dan dapur bukanlah kombinasi yang bagus. Dan sangat jarang terjadi, atau malah tidak pernah terjadi. Bisa terjadi bencana kalau-kalau Leona berada disana dan tanpa adanya pngawasan. Maka dari itu Yoana mengernyit bingung hingga sekarang. Apa ada sesuatu yang perempuan itu rencanakan? Terakhir kali Leona bersikap aneh adalah saat dia membawanya ke acara pembukaan Hutama's kitchen, lalu sekarang apa?

"Lo nggak sedang merencanakan sesuatu kan?"

Leona menolehkan wajahnya, "Merencanakan apa?" Lalu kembali menuangkan air panas kedalam cangkir.

"Lo nggak biasanya bersikap seperti ini." Jujur Yoana.

Leona tersenyum, senyuman tipis yang penuh arti.

"Sedang belajar menjadi perempuan idaman."

"Thanks," ujar Yoana sembari menerima uluran cangkir berisi cairan berwarna coklat gelap yang masih mengepulkan uap dari Leona.

"Apa seaneh itu?" Tanya Leona.

"Padahal gue hanya ingin merayakan tepat satu Minggu lo pacaran dengan Dirga!"

"Uhuk!" Rasa panas seketika terasa membakar ujung lidahnya.

"Tau itu masih panas kenapa langsung di minum sih?!"

Yoana mendelik, "Jangan asal kalau ngomong,"

Leona balas mengernyit, "Kalian kan memang udah pacaran, asal ngomong dari mana coba?"

"Gue nggak merasa pernah bilang kalau gue pacaran dengan Dirga."

"Tapi lo bilang kalau lo memberi kesempatan—

"It's just a chance." Potong Yoana.

Keduanya kemudian sama-sama terdiam.

"Apa bedanya?" Gumam Leona pelan.

"Gue masih butuh mengenal Dirga lebih jauh."

"Bukankah terlalu cepat kalau tiba-tiba kami...pacaran? Gue mengenal Dirga belum ada satu tahun. Setengah tahun juga sepertinya belum sampai."

Leona meneguk kopinya, "Well, terserah lo aja sih. Asal jangan terlalu lama." Ada guratan kecewa di wajahnya.

Ditengah sesi sarapan dua perempuan itu, suara bel tiba-tiba menginterupsi keduanya.

"Lo ada janji dengan Calvin?"

Leona menggeleng cepat, "Nggak ada. Tetangga mungkin?"

Yoana akhirnya bangkit dari kursinya, akan membukakan pintu untuk orang yang hendak bertamu, dan membiarkan Leona menghabiskan makanannya yang masih ada di piring.

Oh La La LaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang