BAB 05 | revised

12.4K 1.1K 13
                                    

"It's on me,"

Yoana sontak menoleh pada seseorang dibelakangnya yang secara tiba-tiba mendahuluinya mengulurkan debit card saat hendak membayar.

"Don't bother, Ga."

"It's okay. Sekalian aja."

"Meja nomor dua belas dan meja nomor...," Dirga menaikkan sebelah alisnya meminta Yoana menyebutkan nomor meja yang ditempatinya.

Yoana bergeming sesaat, apa tidak apa membiarkan Dirga untuk membayarkan tagihan makanan pesanannya tadi. Bukan kah ini terlalu berlebihan, apalagi mereka baru mengenal satu sama lain.

"Biar gue bayar sendiri aja." Kekeuhnya.

Dirga terkekeh kecil, "Anggap hadiah perkenalan dari gue. Waktu itu gue belum sempat traktir lo, kan?"

"Ya?" Bujuknya lagi.

Yoana mendesis pelan, lalu menoleh kebelakangnya yang ternyata terdapat beberapa orang yang tengah menunggu giliran untuk membayar.

Well, mau bagaimana lagi. Semakin lama ia berpikir, orang-orang yang mengantre juga akan semakin panjang.

Ya, sudah lah. Masalah membalas kebaikan Dirga, Yoana bisa pikirkan nanti.

"Tiga," Ujar Yoana pada akhirnya.

Dirga mengangguk kemudian mengulang kembali nomor meja yang Yoana sebutkan.

Berdiri berdekatan dengan Dirga seperti ini membuat Yoana bisa mencium parfum yang menguar dari tubuh laki-laki itu. Aroma musk yang begitu manly, sangat cocok dengannya.

Blessed his brain and look, batin Yoana.

"Thanks,"

"Don't mention it," balas Dirga setelah memasukkan kembali dompetnya kedalam saku celana.

"Udah mau pulang?" Tanya Dirga ketika mendapati Leona sudah menunggu Yoana di dekat pintu keluar.

Dilihatnya perempuan itu sesekali melirik kearahnya dan Yoana sambil memainkan ponsel.

Diliriknya sebentar jam pada pergelangan tangannya yang menunjukkan pukul delapan malam lebih sepuluh menit. Ternyata sudah cukup lama ia dan sahabatnya menghabiskan waktu di cafe ini.

"Iya, lo sendiri udah mau pulang juga?"

"Hmm, ini lagi nunggu yang lain kesini." Tunjuk Dirga dengan dagu pada sahabatnya yang  tengah berjalan kearahnya.

"Ana, apa kabar?" Sapa Calvin setibanya di hadapan Yoana, yang tak luput dari tatapan penuh keinginan tahuan Dirga.

Laki-laki itu mengerutkan dahi, menebak-nebak, sudah berapa lama Calvin mengenal Ana? Kenapa terlihat sudah begitu akrab, terlihat dari interaksi mereka yang begitu santai.

"Gue baik. How about you? Ah, pasti baiklah ya." Balas Yoana sembari menampilkan senyum ramahnya.

"Ya, begitulah. Oh, iya... kenalkan ini teman-teman gue dan Dirga," ujar Calvin lalu menunjuk satu persatu tiga laki-laki yang berdiri di sebelahnya.

Laki-laki berkacamata Rendi, laki-laki berpakaian casual Nico dan yang terakhir, laki-laki yang Leona sebut imut bernama Elang.

"Ana," ucapnya memperkenalkan diri dengan menjabat tangan ketiganya secara bergantian.

"Sepertinya gue nggak bisa lama-lama. Leona udah nunggu,"

"Kita juga udah mau pulang, barengan aja ke parkirannya. Gimana?" Tawar Calvin yang dibalas anggukan oleh yang lainnya.

Oh La La LaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang