BAB 51

5.6K 542 31
                                    

Kapan terakhir kali Aida bisa melihat senyuman lebar dari seorang Yoana yang begitu lepas seperti sekarang ini?

Rasanya sangat membahagiakan.

Ia tidak menyangka akan bisa berkumpul seperti ini lagi. Ditambah ada seseorang yang mungkin akan menjadi salah satu bagian dari keluarganya nanti. Yang tak lain adalah anak dari sahabatnya dulu, Hera.

Aida begitu senang saat putrinya itu mengatakan akan membawa seseorang bersamanya di acara pembukaan butik barunya. Yoana memang tidak mengatakan mengenai hubungan keduanya, putrinya itu hanya mengatakan akan membawa teman yang juga putra dari sahabatnya.

Namun Aida sudah sering mendengar nama Dirga dari Leona juga Adrian yang cukup sering menghubungi nya. Sahabat dari putrinya itu memang sudah menganggapnya seperti ibu mereka sendiri. Mereka tidak sungkan untuk menceritakan banyak hal. Dan dalam pembicaraan itu mereka pasti akan menyelipkan kabar mengenai Yoana yang sedang di dekati laki-laki, dan laki-laki itu tentu saja adalah Dirga. Dan dari situ, Aida jadi bisa sedikit mengenal siapa itu Dirga.

Dari cerita Leona juga Adrian, Aida dapat menyimpulkan kalau Dirga ialah laki-laki yang baik. Dan setelah melihat orangnya secara langsung pun Aida semakin yakin kalau Dirga memang laki-laki yang serius ingin mendekati putri satu-satunya yang ia miliki. Ia dapat melihatnya dengan jelas dari tatapan mata yang Dirga berikan pada Yoana. Dari cara laki-laki itu memperlakukan Yoana. Hingga cara bicaranya pun, laki-laki itu terlihat begitu hati-hati, seolah tidak ingin menyakiti perasaan Yoana dengan tutur katanya.

Aida mengerutkan samar dahinya.

Apa Dirga sudah tau mengenai masa lalu Yoana?

"Nak, boleh ibu minta tolong ambilkan oleh-oleh dari ibu untuk mamanya Dirga di atas?" Tanya Aida setelah pembicaraan antara Yoana dengan Dirga dirasa telah selesai.

"Di kamar?" Tanya Yoana setelah mengelap sudut bibirnya dengan tisu.

"Iya, tanya saja ke papa mu. Dia sedang di atas juga, mengambil ponsel."

Yoana sempat ragu sejenak, namun akhirnya mengangguk, "Ya sudah, aku keatas dulu." Pamitnya. Sudut matanya melirik Dirga sebentar, seperti meminta persetujuan, dan Dirga yang mengerti arti tatapan Yoana pun menganggukkan kepalanya.

"Kalau boleh tau, Yoana memanggil mama mu dengan sebutan apa? Tante atau apa?" Tanya Aida pada Dirga.

"Mama meminta Yoana untuk memanggil mama juga, seperti saya, Tan."

Aida tersenyum, "Ah, begitu ya. Yasudah, kamu juga panggil Ibu aja. Seperti Yoana memanggil ibu."

"Panggil papa juga ke papanya Yoana. Hitung-hitung latihan dari sekarang."

Dirga terkekeh, tidak menyangka akan digoda seperti ini, "Ah, iya, Bu."

"Nak, Apa Yoana sudah menceritakan tentang masa lalu nya ke kamu?" Tanya Aida langsung pada intinya, tidak ingin membuang waktu lebih lama lagi, ditambah Yoana yang bisa kapan saja kembali ke ruang makan.

Dirga tersenyum, tidak tau harus mengatakan apa. Satu sisi sebenarnya ia ingin mengatakan kalau ia sudah tau sedikit mengenai masa lalu Yoana. Namun satu sisi ia tidak enak mengatakan kalau yang memberitahunya bukanlah Yoana sendiri, melainkan Leona.

"Sepertinya kamu sudah tau kan?"

Mau tidak mau Dirga akhirnya mengangguk,  "Yoana memiliki hubungan kurang baik dengan ayahnya?"

Aida sudah bisa menebaknya, "Ya, Yudistira memang bukan ayah kandung Yoana."

"Ibu berpisah dengan ayah Yoana saat dia berusia sepuluh tahun." Jelas Aida.

Oh La La LaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang