Cuaca kota Denpasar hari ini cukup terik, sampai-sampai Dirga merasa ingin sekali melepas jasnya dan berganti dengan kaus dan celana santainya. Bahkan AC di dalam mobil pun sampai tidak terasa dingin. Padahal kemarin kota ini diguyur hujan lebat. Sungguh masa peralihan musim yang membingungkan.
Dirga melirik jam pada pergelangan tangannya. Yang mungkin sudah puluhan kali Dirga melakukannya selama di perjalanan.
Satu jam lagi pesawat yang ditumpanginya akan berangkat ke Semarang. Namun ia masih disini terjebak kemacetan yang mengular akibat dari banyak orang keluar untuk berwisata di hari libur. Padahal Dirga sudah bela-belakan untuk langsung berangkat menuju bandara usai meetingnya selesai. Ia bahkan tidak sempat mengganti pakaiannya, masih rapi, mengenakan pakaian yang dikenakannya saat meeting tadi.
Tidak terlalu formal memang, jas abu-abu gelap yang melapisi tubuh tegapnya yang terbalut kaus hitam, juga celana bahan dengan warna senada. Karena alasan itu pula, Dirga jadi berpikiran untuk tidak perlu mengganti pakaiannya.
Dirga gusar tentu saja. Ia sudah berjanji untuk datang ke acara syukuran pembukaan cabang butik milik Ibu Yoana. Acaranya akan diadakan sore nanti pukul tiga sore waktu setempat.
Kalau sesuai dengan perhitungannya, Dirga nanti akan tiba di Semarang sekitar pukul setengah dua lebih. Dari bandara internasional Ahmad Yani menuju hotelnya, waktu yang ia tempuh kira-kira memakan waktu setengah jam. Itu berarti setibanya Ia di hotel, Dirga hanya memiliki waktu untuk membersihkan diri saja. Dan setelahnya langsung berangkat menuju alamat butik yang sudah Yoana berikan.
Harusnya seperti itu.
Tapi rencana tidak selalu berjalan mulus sesuai dengan apa yang diharapkan bukan?
Dirga menyandarkan tubuhnya, memejamkan matanya sejenak. Tubuhnya lelah, itu pasti. Beberapa hari terakhir ia tidak bisa tidur nyenyak. Banyak hal membebani pikirannya. Namun mengingat sebentar lagi ia akan berjumpa dengan Ibu dari orang yang di cintainya, lelahnya sudah tidak berarti apa-apa.
Sudah puluhan atau bahkan ratusan kali Dirga berjumpa dengan orang baru selama hidupnya. Namun baru kali ini ia merasakan gugup yang luar biasa.
Apa Yoana juga merasakan hal yang sama seperti dirinya saat akan bertemu dengan mamanya?
Sepertinya iya, mengingat kala itu Yoana bahkan pucat saat duduk di sampingnya selama perjalanan.
Uh, ternyata merasa gugup itu sangatlah tidak enak.
"Terimakasih, Bli." Ujar Dirga setelah sang supir taksi membantunya menurunkan koper dari bagasi.
"Ya, terimakasih kembali. Semoga lancar sampai tujuan." Balas supir taksi dengan aksen Balinya yang sangat kental.
"Kalau begitu, saya permisi." Pamitnya.
"Ya, hati-hati di jalan, Bli."
Dirga menghembuskan nafasnya lega, untung saja ia tidak ketinggalan jam penerbangan.
***
Yoana tidak tenang sejak tadi. Ponsel Dirga tidak bisa dihubungi. Terakhir kali Yoana berkirim kabar dengan laki-laki itu ialah sesaat sebelum Dirga menaiki pesawat. Tapi hingga kini nomornya masih juga belum bisa dihubungi. Tidak terjadi apa-apa dengannya kan? Dirga sudah sampai dengan selamat kan?
Yoana menggigit bibirnya cemas.
Yang dilakukannya sedari tadi hanyalah berjalan mondar-mandir di depan pintu masuk. Raut wajahnya yang khawatir tidak bisa tersamarkan walupun sudah berusaha untuk tetap tersenyum pada setiap tamu yang hadir.
"Belum sampai juga?" Tanya Leona yang kebetulan perempuan itu bisa datang memenuhi undangan dari Ibunya.
Yoana menggeleng, "Gue takut dia kenapa-kenapa di––
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh La La Laa
Ficción GeneralGoddess series #1 ------------------------------ Please allow me Into your reality I'll approach you, so hold on to me.. Written in bahasa Start : Januari /26 /2021 End : Desember/14/2022