BAB 02 | revised

17.6K 1.2K 10
                                        

Satu seperempat jam telah berlalu, dan sekarang sudah pukul sebelas lebih lima belas menit, tapi rapat belum juga usai. Yoana mengecek jam dipergelangan tangannya. Padahal sebentar lagi ia harus menemui Leona jam makan siang ini, namun sepertinya rapat belum ada tanda-tanda akan selesai dalam waktu dekat.

Yoana meraih ponselnya di atas meja, berusaha sebisa mungkin untuk tidak mengalihkan fokusnya dari presentasi rekan satu timnya, walaupun jarinya bergerak lincah di atas layar untuk mengirimkan pesan pada Leona yang mungkin sudah dalam perjalanan menuju kantornya.

Drtt..drtt!

Getar samar dari ponselnya menandakan kalau pesannya sudah mendapatkan balasan dari Leona.

Yoana segera membukanya, dalam isi pesannya itu Leona mengatakan kalau  sudah berada di lobby, dan sedang menunggunya seperti orang bodoh.

Yoana mendengus. Bahkan ini belum jam istirahat, tapi Leona sudah berada disini. Enak sekali sahabatnya itu. Yoana heran, ia merasa Leona memiliki banyak sekali waktu luang, padahal ia adalah sekretaris. Seharusnya sahabatnya itu sangatlah sibuk, kan?

"Oke, saya rasa pembahasan kali ini cukup. Mungkin untuk lebih detailnya akan kita bahas pada rapat berikutnya."

Yoana menghela nafas lega, akhirnya pimpinannya mengakhiri rapat siang ini. Padahal Yoana sudah sangat berpasrah diri kalau-kalau rapat membuatnya melewatkan jam makan siang. Untungnya bosnya tidak setega itu.

"Mbak Yoana mau makan siang di kantor? Atau ikut kita ke resto tempat biasa." Tanya Rena rekan setimnya.

"Nggak dulu, gue ada janji dengan teman." Jawab Yoana sembari memasukan iPad nya kedalam tas.

"Pantas, dari tadi lo nggak fokus rapat." Sahut Adrian, sahabat Yoana setelah Leona, yang sama-sama menyebalkan. Note that!

"Mau kemana?" Tanyanya.

"Ada janji dengan Leona."

Adrian mengangguk, kemudian keduanya berjalan bersisian menuju lift untuk istirahat makan siang.

"Rapat minggu depan kayaknya bakalan bahas projek baru dari tim lo." Ujar Adrian setelah keduanya masuk kedalam lift yang kebetulan hanya ada mereka berdua di dalamnya.

"Oh, gue belum dapat info soal itu sih." Sepertinya Adrian sudah mendapatkan bocoran schedule rapat, padahal laki-laki itu berada di bagian yang berbeda dengan Yoana, Adrian berada di bagian risk management sedangkan Yoana sendiri berada di bagian finance.

"Tapi mungkin iya. Gue sempat ada dengar kemarin siang."

"Eh, by the way.. gimana blind date lo kemarin malam?" Tanya Yoana pada Adrian. Mengingat beberapa hari yang lalu sahabatnya itu sempat bercerita hendak menemui perempuan yang dikenalkan atas inisiatif mamanya sendiri, karena takut anak  laki-laki sematawayangnya itu akan menjadi perjaka tua. Karena di umurnya yang sudah memasuki kepala tiga itu masih belum juga memiliki calon pendamping hidup.

"Gue nggak datang. Buat apa? Kan gue udah bilang ke mama gue, kalau gue nggak suka cara seperti itu."

Yoana terkekeh, "Tapi mama lo ada benarnya, gue juga penasaran kenapa lo belum juga punya pacar."

Adrian memiringkan badannya menghadap Yoana, menaikkan sebelah alisnya, "Really, you asking that to me? I bet, you already know the answer, Ana."

Yoana mengibaskan tangannya, "Lo setiap pdktin cewek nggak pernah serius sih. Kebanyakan bercanda." Ujarnya lalu melenggang keluar dari lift meninggalkan sosok Adrian yang terperangah tidak percaya mendengar jawaban dari seorang Yoana.

"Itu kan kalau ke orang lain. Kalau ke lo , ya, beda lagi."

"Lo pikir gue percaya?" Balas Yoana yang masih belum pergi terlalu jauh.

"What?! Gosh, gue ke lo nggak pernah bercanda loh. I meant it. Really meant it, Ana." Ujar Adrian, namun percuma karena Yoana sudah tidak dapat mendengarnya lagi.

"Ck! Heh, tungguin gue!"

***

"Nanti malam lo jadi ikut?" Tanya seseorang dari seberang telepon.

"Gue nggak janji. Rea mau nginep di tempat gue." Ujar Dirga yang baru saja memarkirkan mobilnya pada salah satu perusahaan asuransi yang nantinya akan menjalin kerjasama dengan perusahaannya.

"Jarang-jarang kita bisa bertemu lengkap, Dir. Selagi adik bontot ada waktu." Bujuk Calvin.

Adik bontot yang di maksud adalah Airlangga, atau mereka biasa memanggilnya Elang. He is the youngest one dalam lima serangkai yang terdiri dari Dirga dan para sahabatnya. Kalau diurutkan berdasarkan yang tertua, Dirga adalah yang ketiga.

Dirga mengedarkan pandangannya pada lobby kantor, dan tiba-tiba matanya menemukan satu objek yang menarik perhatiannya.

"Gue usahakan," putusnya.

"Oke." Dan,

Tut!

Sambungan terputus begitu saja, tipikal seorang Calvin yang suka menelfon tiba-tiba dan memutuskan panggilan secara sepihak. Sangat bossy sekali kan? Batin Dirga sambil mengendikan bahunya acuh.

Dirga berjalan menuju kursi tunggu di lobby, mendekati objek yang sedari tadi menarik perhatiannya. Seorang perempuan dengan balutan dress formal yang dipadukan dengan blazer berwarna beige itu. Dirga merasa tidak asing dengan penampilannya.

"Ana?"

Perempuan itu mendongakkan wajahnya, dan, gosh she is not her.

"Maaf, saya kira kamu orang yang saya kenal. Sekali lagi maaf."

"Audirga?" Ujar perempuan itu ragu-ragu.

Wow! Apa Dirga tidak salah dengar, kalau ternyata perempuan itu mengenalinya. Padahal ia rasa ia tidak seterkenal itu sampai-sampai namanya diketahui oleh banyak orang.

"Ya, saya Audirga. How did you know me? Apa kita pernah satu projek?" Tebak Dirga. Mungkin keduanya memang pernah bekerjasama dalam projek yang sama, dan karena masalah waktu, dan terlalu banyak projek yang sudah Dirga lalui, membuatnya melupakan salah satu rekan kerjanya. Bisa jadi kan?

"I thought, nggak perlu pakai bahasa yang terlalu formal." Ujar perempuan itu lalu mengulurkan tangannya, "Gue Leona, gue pernah lihat lo beberapa kali datang ke kantor Calvin. Gue sekretarisnya."

Oh?

Seingatnya, sekretaris Calvin tiga bulan yang lalu bukan perempuan ini. Atau masih sama, namun Dirga tidak mengingat wajahnya dengan benar.

"Nice to meet you. Sedang ada kerjaan di sini juga?" Tanya Dirga setelah melepaskan jabatan tangannya.

Perempuan bernama Leona itu menggeleng, "Gue ada janji dengan teman gue yang bekerja di sini. Mungkin lo sudah kenal, atau mungkin belum?"

"Sorry?" Dirga menautkan kedua alisnya.

"Ah, there she is..." Dirga memutar tubuhnya mengikuti kemana tatapan Leona mengarah.

Dunia ternyata memang sesempit itu, finally he meets her.

Setelah dua minggu usai pertemuan mereka malam itu, dan Dirga yang belum sempat mencari tau tentang sosok Yoana karena sehari setelah ia mengetahui nama perempuan itu Dirga harus kembali ke Boston. Namun secara tidak terduga sekarang keduanya bertemu. What's a miracle.

-

Info update atau spoiler cek,
ig: _raawwrr.rr

Oh La La LaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang