Prolog

23.8K 1.5K 198
                                    

Tau cerita ini darimana nih?

Yang dari Dia Acha kayang coba?!

***

Tirex ditantang? Pastilah jawabannya iya. Bukan Tirex namanya jika dia tidak menjawab tantangan musuh. Kalau sudah berada di dalam lingkaran bundar Tirex jangan harap hidupnya akan tenang. Karna sekali saja dia berurusan dengan cowok ganas ini, dia akan hilang dari muka bumi. Jika masih selamat, siapkan uang sebanyak mungkin untuk perawatan rumah sakit dan membeli tanah kuburan sendiri.

Tirex tidak perlu meluncur ke TKP musuh. Cukup diam saja menanti kehadiran mereka sembari menyeruput kopi hitam kesukaannya. Tirex hanya menunggu seorang diri. Karna dia akan lebih mudah dan cepat menghabisi masalah ini tanpa adanya campur tangan teman-temannya. Alasan Tirex harus meminum kopi terlebih dahulu, agar pikiran tenang sebelum bertarung. Kata Bunda nya, Tirex tidak boleh mengeluarkan banyak jurus agar musuh tidak bisa membaca penyerangan jurus kita. Semua tindakan harus dipikirkan secara matang.

Dan benar saja, sampai saat ini masih belum ada yang bisa mengalahkan Tirex. Hanya Papa dan Bundanya saja yang bisa menghentikan emosi Tirex. Bagaimana tidak? Kedua orangtuanya adalah ketua Gangster terganas pada masanya. Tirex bisa saja mengalahkan mereka, tapi dia tak mau di cap anak durhaka. Lagipula Tirex sangat menyayangi keluarga.

Sudut bibirnya tertarik. Dia merasakan kehadiran musuh. Sudah tau kan, kalau Tirex mudah mencium aroma musuh dari jarak jauh? Padahal jarak mereka masih tiga meter darinya. Tapi aroma kekalahan sudah menusuk rongga hidung Tirex.

"Aroma kekalahan semakin mendekat saudara-saudara," ucap Tirex seorang diri sembari tertawa. Pak Damar mengedipkan mata datar nan bingung, siapa saudara yang dimaksud Tirex? Apa dia berbicara padanya? Lalu hal apa yang membuat Tirex tertawa?

"Tirex ngomong sama Bapak?"

Tirex menghentikan tawanya seketika. Dia baru sadar jika Pak Damar sedari tadi melihatnya dengan tatapan aneh.

"Bukan, saya ngomong sama nyamuk."

Pak Damar manggut-manggut. "Oh nyamuk,"

"Apa? Nyamuk?" Beliau tersadar, ucapan Tirex benar-benar ambigu. Tidak mau ambil pusing dia pergi ke belakang mencuci gelas kotor.

"Ganteng-ganteng kok gila," lirihnya.

Tirex mendengar. Dia diam saja. Tangannya memutar-mutar obeng kesayangan di atas meja.

Lima orang musuh terdeteksi. Satu persatu orang turun dari motor mereka. Batu kerikil berukuran sedang, Marko lemparkan ke tembok warung langganan Tirex.

"Keluar lo pecundang!"

Tangan Tirex menghentikan obeng yang terus berputar di depannya. Dia memasukkan benda kecil itu di dalam saku celana.

"Woy!!"

"Gue tau lo di dalem! Jangan coba-coba kabur lo!"

"Bukannya elo yang selalu kabur dari gue?" Tirex memunculkan batang hidungnya. Tangannya ia masukkan pada kedua saku.

Dia masih ingat saat Marko kalah tanding balapan, cowok itu memilih kabur dan tidak menepati janjinya memberikan sebuah jam tangan rolex mahal.

"Pecundang," gumam Tirex tersenyum smirk.

"Apa maksud lo?" sergah Marko.

"Maksud gue?"

"Lo penakut, lo pecundang, lo besar kepala, lo tidak tau malu, lo pengecut, lo-"

"Cukup,"

"Kenapa?"

"Apa yang lo ucapkan itu mencerminkan diri lo sendiri Tirex," Marko bersedekap dada.

Secret MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang