37. Buku Zahra

3.4K 497 64
                                    

Dina berjalan dengan elegan memimpin pasukan monster cantik masuk ke area kantin. Arah pandang seluruh siswa tertuju pada keempat cewek tersebut. Terlihat sangar dan menakutkan. Suri menatap Dina dengan tatapan tak suka. Ia masih ingat bagaimana sikap licik Dina yang meludahkan permen karetnya di rambut Suri.

Gara-gara dia, Suri terpaksa potong rambut di salon mahal. Harganya memang tak seberapa, tapi jika mengingat ia memanjangkan rambut selama bertahun-tahun dengan susah payah, membuat Suri membenci cewek itu.

Dina membalas tatapan Suri tak kalah tajam dan sinis seakan ada petir yang menyambar mata keduanya. Suri mengalihkan wajahnya pada sosok cowok tampan yang datang dan berdiri di samping Dina. Dina belum sadar, ia masih fokus menatap Suri.

Satu sentilan di dahinya menyadarkan Dina. Ia mengaduh kesakitan seraya menggosok keningnya pelan.

Dina menoleh. Seseorang yang telah menyentil dahinya adalah Antonio. "Sakit Anton!"

"Melamunin apa sih lo?"

Dina mengedikkan bahu. Ia melanjutkan jalannya menuju meja khusus Tirexay.

"Sabar Anton, dikacangin emang gak enak," ejek Hanabi menggoda Antonio. Tapi cowok itu tak menghiraukannya, ia menyusul Dina.

Daniar yang melihat itu menahan tawanya, ia menepuk-nepuk bahu Hanabi pelan. "Yang sabar,"

Hanabi mengerucutkan bibirnya. Napasnya berhembus sekali. "Malah gue yang dikacangin."

Antonio mencekal lengan Dina mencegah cewek itu duduk di sana. "Mohon maaf Dinasaurus, ini adalah tempat khusus anggota Tirexay!" cegahnya memberi peringatan.

Dina melirik Antonio kemudian menghempaskan tangannya kencang. "Mohon maaf Antonio, wakil Tirexay yang terhormat!" ucapan Dina yang penuh penekanan membuat mereka kembali menjadi pusat perhatian.

"Sayangnya ketua Tirexay tidak masalah kalau gue duduk di sini, lagipula dilarang ataupun tidak sama ketua lo, gue juga gak peduli. Gue akan tetap duduk di sini!" Dina berkacak pinggang.

Antonio menghela napas pelan. Dia lupa siapa sosok gadis di depannya ini, bagaimana Tirex bisa mengamuk padanya jika cowok itu saja bertekuk lutut pada Dina. Dihukum guru ia bisa menolak, tapi jika Dina yang sudah mengangkat tangan memberikan sebuah hukuman, dengan senang hati Tirex melaksanakannya tanpa pamrih.

Abang yang baik, batin Antonio menggosipi Tirex.

"Suka-suka lo! Resiko ditanggung sendiri!"

Antonio sebenarnya tidak masalah jika mereka berempat duduk di sini, tapi masalahnya, Tirex dan rekannya yang lain juga berjalan menuju ke kantin. Bagaimana jika mereka yang memiliki kekuasan tidak mendapatkan tempat duduk di singgasana mereka sendiri?

Dina memutar bola matanya malas. Ia duduk dan membuka ponselnya. Menghilangkan mood buruk dengan membaca Wattpad.

Datang bulan di hari pertama membuat mood--nya naik turun. Suri dan Antonio berhasil membuatnya menahan kekesalan hari ini. Hanabi yang paling mengerti Dina langsung mengelus punggungnya memberikan sedikit ketenangan.

"Pesen seperti biasa?" tanya Hanbai diangguki Dina.

Hanabi beralih menatap Antonio. Sedangkan yang ditatap memperhatikan Dina dengan tatapan yang tidak bisa di artikan.

"Lo mau pesen apa?"

Antonio melirik Hanabi. Tanpa menjawabnya ia pergi memesan makanan sendiri.

Lagi-lagi Hanabi menghembuskan napas panjang. Sebelum ia pergi, ia melirik Dina sekali lagi.

***

Secret MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang