77. Iam (Not) Okay

1.2K 200 60
                                    

Hari kedua jalan berdua.

Jalan terasa sangat membosankan. Tidak ada obrolan panjang, hanya ada kalimat singkat, padat, dan tak jelas. Tidak ada topik yang menyenangkan, dan tidak ada juga hal menarik untuk dibicarakan. Ia merasa kencan bersama batu kali.

Apakah ini hanya Aradina saja yang merasakannya?

Mungkin, jika Hanabi tau betapa kikuknya dirinya ketika mencoba menerima kencan bersama Antonio yang kedua, Hanabi akan menjadi orang pertama yang tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi wajahnya.

Apalagi mereka sempat tak saling sapa setelah kejadian di tempat yang penuh ilmu itu.

Adegan singkat beberapa hari lalu masih terngiang-ngiang di kepala mereka. Hal itulah yang membuat mereka canggung sampai detik ini.

Dan sekarang, mereka berdua berjalan santai di sekitar alun-alun. Sebenarnya kencan ini adalah rencana Hanabi. Katanya sih untuk membuat Dina membuka hatinya menteri orang yang baru.

Tapi, dari pagi hingga malam, suasananya tetap sama, tidak ada yang beda.

Yaitu, canggung.

Benar-benar tidak mencerminkan kepribadian Dina yang badas. Kata kencan sangat tidak cocok untuknya. Tapi kalau kata penyerangan, ia akan langsung semangat empat lima.

"Lo mau minum apa?"

Dina bernapas lega, akhirnya cowok itu membuka suaranya setelah sekian lama.

"Malam-malam cuaca dingin paling enak ya minum e-...," belum sempat cewek itu menyelesaikan ucapannya, Antonio sudah memotongnya.

"Oh iya, kalau cuaca dingin paling cocok minum yang hangat. Kalau gitu lo duduk sini, gue belikan teh hangat."

Tanpa menunggu jawaban Dina, cowok itu bergegas pergi.

"-es," sambung Dina sembari menatap punggung Antonio cengo.

"Gue lebih suka es loh. Kok lo motong pembicaraan gue?" percuma, orang yang ia ajak bicara sudah menghilang.

"Dingin-dingin lebih enak minum es," monolognya berbicara sendiri.

"Kenapa malah mau di belikan gue teh anget?"

Dina menyunggingkan senyum nanar. "Gini amat nge-date bareng cowok yang nggak gue suka."

Seraya menunggu Antonio kembali, ia duduk di kursi. Dina mengalihkan pandangannya menatap ke bawah, dimana baju pinknya yang sedikit terbuka terdapat kotoran berwarna coklat yang menempel.

Dia menarik napas dalam. Lalu mengelap bajunya dengan tangan dan berusaha sekuat tenaga untuk menghilangkan jejak kotoran yang disebabkan oleh pembuat rencana kencan.

Beberapa jam yang lalu...

Hanabi melambaikan tangannya pada seorang cewek tomboy cantik yang memakai baju pink baru saja turun dari ojek.

"Makasih, Pak."

Setelah memberikan ongkos, cewek itu pun menghampiri Hanabi.

"Widih, cantik banget best pren gue," Hanabi memukul pundak Dina beberapa karna terlalu bangga.

Dina berdecak pelan. "Kalau bukan karna lo ngeringik ngancem loncat dari lantai dua, gue juga nggak bakalan mau mau dateng!"

Hanabi mengangguk-angguk kepalanya menanggapi omelan Dina. ia menggiring Dina untuk duduk di teras rumahnya.

"Gue tau, apa alasan lo maksa gue buat datang," tebaknya.

"Apa?"

"Jalan, kan?"

Secret MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang