59. Penganggu Keromantisan

1.7K 397 35
                                    

Wanita itu tidak lemah. Hanya saja mereka tidak menunjukkan sifat aslinya. Kalau wanita sudah beraksi, lo akan menyaksikan kehancuran dunia.

-Aradina Zw-

________________________

Ulangan dadakan selesai. Begitu pula dengan telepon yang baru saja ia terima. Acha mengatakan bahwa ia sudah sampai di Indonesia setelah keliling dunia.

Wanita baya itu ingin mengadakan pesta kecil-kecilan bersama semua orang rumah, termasuk keluarga Nur. Dan sekarang, cowok itu sedang menunggu Dina keluar kelas untuk memberitahukannya.

Tirex bersandar di tembok menunggu Dina keluar. Matanya ia biarkan terpejam. Seseorang datang dan berdiri di depannya tiba-tiba.

"Hai, Kak?" serunya.

Kelopak matanya ia buka. Menampilkan wajah seseorang yang sangat Tirex kenali.

"Hm,"

"Kok cuek gitu sih sama pacarnya sendiri."

"Ada apa?"

"Kakak gak inget sama janji kita kemarin?"

"Inget, gue sibuk."

"Tapi Kakak udah janji mau jalan sama aku hari ini." Kata Zahra menggoyang-goyangkan lengan Tirex.

Cowok itu mendengus pasrah ketika lengannya dimainkan oleh Zahra. "Gue sibuk." Sarkas Tirex dengan wajah tegas.

Zahra cemberut, "Tapi kan, Kak Tirex udah janji," ucapnya melas.

Tirex terdiam sejenak. Ia merasa sedikit tak enak, tapi bagaimana pun, perintah orang tuanya jauh lebih penting. "Sorry, orang tua gue baru pulang, jadi gue gak bisa jalan sama lo."

Mata Zahra berbinar. "Kalau gitu aku ikut ke rumah Kakak aja, sekalian kenalan sama-"

"Eh ada bitch," potong Dina.

Ia melangkah mendekat dan berhenti di tengah-tengah Tirex dan Zahra. Ia berhadapan dengan Zahra, sedangkan Tirex berada di belakangnya menahan tawa.

Wajah Zahra berganti serius. Ia menatap Dina penuh kesedihan. "Kak Dina, a-aku turut berduka cita atas meninggalnya-"

"Bukannya lo seneng sahabat gue meninggal?" tatap Dina tajam.

Zahra mendongak lalu menggelengkan kepalanya. "Nggak, aku kasian sama Gazela, sekarang dia hidup sebatang kara."

"Tenang aja, sekarang Gazela udah punya keluarga baru, ya kan Rex?" Dina setengah menoleh ke belakang.

"Hm," sahutnya singkat.

Zahra menghembuskan napas pelan. "Syukurlah."

"Gue juga turut berduka cita,"

Zahra mendongak dengan dahi yang berkerut.

"Atas meninggalnya kewarasan lo!"

"Maksud Kak Dina apa?"

Secret MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang