65. Rahasia Eujihan

1.6K 320 23
                                    

Beberapa makanan Indonesia, makanan Korea, makanan China, sampai makanan Thailand tersaji di atas meja. Hidangan seperti ini jarang sekali disajikan jika bukan karna ada tamu istimewa.

Hanya saja Eujihan meminta beberapa maid menyiapkan makanan ini untuk menyambut kedatangan Tirex yang sudah hampir tiga bulan tidak pulang ke rumah.

"Sekarang makanan sudah siap. Jarang-jarang nih kita makan enak, ya kan?" Eujihan mengambil sendok.

"Seharusnya lo berterima kasih sama gue, karna udah mau nyiapin makanan spesial buat abang tersayang," sindirnya.

Tirex hanya melirik. Ia mencentongkan beberapa nasi dan lauk ke dalam piring. Dia memilih rendang.

"Ini kamu sendiri yang nyiapin?" tanya Arjuna yang baru menyelesaikan pekerjaan kantor.

Eujihan mengangguk seraya tersenyum. "Iya dong,"

"Lo yang masak?" tanya Tirex tak percaya.

"Menurut lo?"

"Lo bisa masak? Gue berani bertaruh mobil."

"Gak percaya banget sih lo sama bakat adek sendiri!"

"Gue lebih percaya lo menang balapan,"

"Balapan?" Eujihan memelankan suaranya seraya melototi Tirex. Tangannya mencubit pahanya. Tirex mengaduh kesakitan dan menatapnya kesal.

Arjuna sangat sensitif jika mendengar tentang kenakalan yang Eujihan perbuat.

Eujihan menggeleng sembari terkekeh. "B-bukan, maksud Bang Tirex-" ucapannya terpotong.

"Balapan peringkat sekolah." Sahut Tirex. Eujihan mendengus lega.

Arjuna menatap tajam Eujihan. Dia menghembuskan napas pelan. "Kalau Papa masih dengar kamu balapan, main judi, pergi ke club malam, dapat surat tilang, adu jotos sama cowok, buat pelanggaran di sekolah," Arjuna menatapnya serius. "Papa akan nikahin kamu!"

Eujihan menggigit bibir bawahnya. "Tapi Jihan-"

"Gak ada tapi-tapian!" jawab Acha yang sedari tadi hanya diam.

"Bunda," Eujihan menatap Acha tak percaya. Eujihan kembali meletakkan sendoknya.

"Kenapa Jihan gak boleh sedangkan Abang boleh lakuin semua apa yang dia mau? Jihan masih muda, Jihan punya masa depan panjang dan cita-cita yang harus Jihan capai!"

Acha menatapnya nyalang. "Justru itu kamu harus menjauhi perbuatan burukmu. Kalau kamu tidak berbuat gegabah, Papa gak akan cegah kamu berbuat hal lebih. Kamu nggak ingat apa yang terjadi beberapa bulan yang lalu?"

"Dulu kalian bahkan gak pernah peduli sama apa yang Jihan lakuin, tapi kenapa sekarang kalian jadi posesif sama Jihan?"

"Karna kamu hampir mati Jihan!" teriak Acha menggebrak meja. Acara makan yang seharusnya bahagia kini berubah menjadi suram.

"Baru sekarang kalian sadar? Kenapa nggak dari dulu kalian cegah Jihan berbuat onar? Kenapa harus nunggu aku hampir mati baru peduli?"

Plak!

Acha menampar Eujihan.

Eujihan menetralkan emosinya. Dia menundukkan kepalanya. Kemarahan Acha membuatnya takut.

"Hampir mati?" gumam Tirex.

"Lihat adekmu ini Bang. Malam minggu dia mabuk sama cowok-cowok berandalan asing. Semua harta bendanya dirampas, kalau aja polisi nggak datang tepat waktu, anak ini pasti udah mati setelah dipakai mereka!"

Tirex menatap Eujihan. Alisnya terangkat satu.

"Siapa?"

Eujihan mendongak menatap Tirex. Matanya memerah menahan tangis. Baru kali ini ia dimarahi kedua orang tuanya.

Secret MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang