22. Berangkat Bareng Pacar

2.1K 354 3
                                    

Marko mengeluarkan motor sport hitam dari carport. Ia mengelap bagian depan motor menggunakan semprotan pengkilap motor supaya terlihat lebih kinclong. Beberapa menit yang lalu, ia sudah mencuci sepeda motornya. Kebiasaan setiap kali balapan di malam hari, cowok itu akan mencuci motornya sendiri. Sebenarnya bisa saja Marko menggunakan jasa cuci motor, tapi ia terlalu malas menunggu. Lagipula pagi-pagi buta begini mana ada pencuci motor yang sudah buka?

Sesekali ia melantunkan nada-nada lagu viral saat ini trend di kalangan remaja, Jang Ganggu milik Shine of Black, grup asal Papua. Marko mengetahui lagu tersebut karna dirinya penggemar sebuah aplikasi trending. Apalagi jika bukan Tiktok? Setiap kali merasa jenuh, tangannya tak henti-hentinya meng-scroll aplikasi tersebut.

Sebelum menyusul pacarnya, ia harus memastikan motornya tidak ada kotoran yang menempel. Setelah kendaraan pribadi bersih, dilanjutkan oleh pembersihan diri. Berkali-kali telepon iPhone itu bergetar menandakan sebuah panggilan. Namun, ia sangat malas hanya untuk sekedar menyentuh benda itu.

Meski ia tak melihat siapa peneleponnya, Marko yakin dengan pasti dia adalah kekasihnya, Dina. Marko menolak panggilan tersebut lalu ia mengirimkan sebuah pesan.

Otw

Send.

Setelah pesan benar-benar terkirim ia berjalan menuju kamar mandi.

"Masih jam 7 keburu berangkat,"

***

Celingak-celinguk di tengah jalan tak henti-hentinya ia lakukan untuk memastikan seseorang yang ia tumpangi untuk berangkat ke sekolah sedang menuju ke arahnya. Selama Tiga puluh menit Dina berdiri tak jelas seraya terus menelpon kekasihnya.

Menunggu bukan ahlinya. Sabar juga bukan sifat yang tertanam pada dirinya. Ia bisa menempatkan kedua kata itu pada saat tertentu saja. Untuk sekarang, hal itu tidak berguna bagi Dina. Sedari tadi hanya terlihat guratan marah serta kernyitan dahi terpampang diwajahnya.

"Kalo gue tau dia ngaret, gue numpang Bang Jali!"

Pesan berisi kalimat "otw" sejak dua puluh lima menit lalu sepertinya tidak ada gunanya. Buktinya sampai sekarang tidak ada apapun yang terjadi. Padahal Marko hanya membutuhkan waktu sepuluh menit saja untuk tiba dirumahnya jika ngebut. Menelpon saja percuma karna ponselnya tak aktif.

Tiba-tiba sebuah klakson motor terdengar dari arah Barat. Akhirnya seseorang yang ditunggu-tunggu dari tadi datang juga.

Marko berhenti tepat di depan Dina. Merengut kesal adalah kata yang sangat cocok untuk mendeskripsikan ekspresi di wajah cantiknya.

"Senyum, pangeran sudah datang," tutur Marko sembari memberikan helm miliknya.

"Ketua, tapi lemot!"

"Ketua kan bebas,"

"Ketua itu harus menjadi contoh yang baik,"

"Ketua bisa melakukan sesuatu apapun tanpa harus meminta persetujuan siapapun,"

Dina berdecih. "Cih,"

"Memang siapa yang berani melawan ketua geng?"

"Gue!" tunjuk Dina pada dirinya.

Marko menghela nafasnya pelan. Memang benar apa yang dikatakan Dina. Hanya seorang Dina saja yang berani melawan ketua geng, bukan hanya geng Tirexay saja tapi geng Lima M juga. Pernah satu kejadian dimana Marko lupa menjemputnya pulang sekolah, alhasil Dina meminta Bang Jali untuk mengantarnya ke tempat Marko.

Secret MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang