17. Aradina

2.1K 386 10
                                    

"Nur?!!" teriak Pak Samad, tukang kebun keluarga Arjuna.

"Iyaa?" jawab Nur sambil berlarian menuju ke gerbang depan menyusul Pak Samad. "Ada apa?" ucap Nur tersengal-sengal.

"Minta tolong anterin Laptop Pak Arjuna yang rusak ke mejanya," Pak Samad memberikan sebuah benda elektronik bermerek iPhone kepada Nur. "Aku mau benerin bel dulu,"

"Laptop? Rusak?" Nur mengernyitkan dahi pada seorang servis elektronik di depan Pak Samad secara bergantian.

"Kenapa nggak dikasihkan sama mas ini? Katanya rusak?"

"Kan udah dibenerin, Nur!"

Kening Nur berkerut. "Kalo udah diperbaiki berarti bukan rusak!"

Pak Samad berkedip pelan. "Oh gitu ya?"

Nur mendengus kesal. Ucapan Pak Samad membuatnya bingung. Laptop rusak yang sudah diperbaiki masih saja disebut rusak.

Maklum sudah tua, batin Nur.

"Iya Pak Samad,"

Pak Samad manggut-manggut. "Yaudah sana, anterin Laptonya, keburu dibutuhin sama Pak Arjuna."

Nur berjalan seraya menenteng tas berisi Laptop milik Arjuna. Lumayan berat. Membuat badan Nur yang sudah berumur kelelahan. Jarak dari gerbang depan ke pintu rumah lumayan jauh. Dan dia harus membawa benda berat itu sendirian. Baru beberapa langkah, keringatnya bercucuran. Tangannya mengusap keringat di pelipis.

"Bu Nur?" panggil Tirex. Nur pun menoleh.

"E-eh, Mas Tirex."

"Bu Nur bawa apa kok kayaknya keberatan."

"Bawa Laptopnya Pak Arjuna."

Tirex melirik tas Laptop milik Papanya. Dahinya membentuk beberapa kerutan. "Kenapa Laptopnya Papa?"

"Baru di perbaiki, Mas,"

"Sini biar Tirex aja yang bawa," Tirex mengambil tas dari tangan Nur dengan paksa karna Nur mencegahnya.

"Jangan Mas, biar-"

Tirex menatap tajam Nur. Dan itu mampu membuat Nur menelan ludah. Daripada ia harus mendapatkan tatapan mengerikan darinya lebih baik Nur dengan cepat memberikan tas Laptop pada Tirex.

Nur berjalan berdampingan dengan anak majikan yang mengerikan. Membuatnya sedikit gugup. Apalagi Tirex seorang ketua geng. Meskipun dia sudah bertahun-tahun bekerja disini, tapi Nur sangat jarang sekali bertemu bahkan berbincang dengan keduanya. Dari tampilan saja, Tirex sudah terlihat sangar. Walaupun Nur lebih tua, Tirex tidak akan macam-macam dengannya, meski begitu ia harus berhati-hati menjaga sikapnya agar tidak menyinggung Tirex.

"Oh iya Bu Nur,"

Nur terjingkat kaget dan langsung menjauh dari Tirex.

Tirex pun kebingungan melihat tingkah Nur. "Kenapa Bu Nur? Kok kaget gitu?"

Nur memegang dadanya yang berdegup kencang. "Eng- enggak papa Mas, Bu Nur emang suka kaget."

Tirex hendak mendekat, namun ia urungkan karena melihat Nur menggeserkan tubuh.

Segitu takutnya sama gue?

"M-mas Tirex mau ngomong apa?"

"Anaknya Bu Nur namanya siapa?" kata Tirex to the point.

Mata Nur berkedip cepat. Dia bingung kenapa Tirex bertanya demikian. Padahal sebelumnya mereka sama sekali tidak pernah tegur sapa.

"Kenapa emang Mas?"

Secret MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang