40. Up and Down

2.6K 511 84
                                    

Sejauh apapun perjalanan, selalu dimulai dari langkah pertama!
Tidak ada orang hebat tanpa menjadi seorang pemula!
Pertanyaannya hanya satu,
Apakah ada kemauan?
Jika ya, mulailah berjalan

.
.
.

-Dinasaurus Vs Tirex-
______________

"Telat lagi,"

"Memang murid teladan."

Dina berlari sekuat tenaga mengejar waktu yang hanya tersisa beberapa menit. Kakinya bergerak dengan langkah besar melewati beberapa lubang aspal tanpa ingin menodai sepatu birunya. Sekolah masih jauh dan mungkin saja ia bisa terlambat tapi, Dina tak menyerah untuk cepat datang ke sekolah.

Semangatnya yang sempat pudar kini kembali menggebu-gebu. Setelah mendapat kado cantik dari seseorang, Dina memutuskan untuk terus semangat sekolah, sebab ia ingin menjadi fotografer profesional.

Anak rambutnya berterbangan kesana-kemari mengikuti arah angin. Wajahnya yang manis terlihat sangat segar. Bibir ranumnya senantiasa mengembang membentuk senyuman. Beberapa orang bahkan terhipnotis akan kecantikan alaminya. Seolah melihat bidadari surga di dunia nyata.

Bang Jali tidak tau jika Dina masuk sekolah, ia memberangkatkan bajajnya tanpa menunggunya. Tapi yang paling membuatnya kesal adalah Arkan. Bocah tengil itu sudah tau jika Dina akan menumpang bajaj Bang Jali, tapi Arkan tidak memberitahunya. Secara tidak langsung, cowok itu sudah menyuruhnya untuk berjalan kaki.

Dina menyampirkan tas di samping bahu, ia mengikat rambutnya asal seraya berlari. Dina tak peduli jika bajunya menyingkap dan memperlihatkan sedikit perut rampingnya. Seragamnya yang pas ditubuh membuatnya terlihat seksi.

Ada beberapa alasan mengapa ia tidak pernah mengganti seragam. Selain mahal, ia juga malas untuk mengecilkannya. Ini adalah seragam terbaik yang pernah ia pakai. Tidak ketat dan tidak longgar namun menawan.

Walaupun guru Bk sering mengejarnya sambil membawa gunting, tapi Dina selalu berhasil menghindar. Selagi ia suka, siapapun tidak ada yang boleh menyentuh miliknya.

Detik demi detik terus berjalan. Arah jarum jam berotasi ke kanan. Waktu tidak bisa diputar kembali dan waktu tak dapat dihentikan kecuali berhenti karna baterai habis. Sama seperti langkah Dina yang tiba-tiba saja berhenti tanpa aba-aba ketika melihat dua sosok manusia yang baru saja memasuki gerbang sekolah.

Mereka berhasil membuat hatinya mencelos begitu saja. Senyumannya pudar seketika, begitu juga semangatnya.

Meski ini bukan pertama kalinya ia melihat pemandangan itu, tapi entah kenapa tetap saja hatinya serasa tertancap belati.

Detak jantungnya seakan berhenti berdetak. Napasnya tertahan di tenggorokan. Dadanya begitu sesak. Dia menggigit bibir bawahnya menahan rasa sakit.

Matanya terasa panas. Satu bulir air mata merembes ke pipinya. Dina menangis tanpa suara. Air matanya jatuh begitu saja. Hatinya berkata baik-baik saja, namun matanya sudah membuktikan bahwa Dina bukan hanya tidak baik-baik saja.

Tetapi, ia juga terluka.

Tangannya menggenggam erat rok abu-abu menahan isak tangis. Namun, semakin ditahan rasanya semakin sakit.

"Kenapa bukan gue lagi yang duduk di belakangnya?"

***

Diantara ribuan murid SMA Nusa Bangsa, kenapa hanya tiga orang saja yang terlambat? Mengapa hanya Dina dan mereka yang hormat pada bendera?

Secret MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang