63. Dinasaurus Vs Tirex

1.8K 349 41
                                    

Suara deru motor memekik telinga. Seluruh anggota Tirex memenuhi jalanan. Para pasukan geng motor melaju kencang dengan kecepatan di atas rata-rata.

Setiap jalan yang dipijak menyisakan jejak ban yang gelap. Beberapa garis roda nampak jelas di atas aspal yang mengkilap.

Tak satu pun dari orang-orang yang berani menegur. Mereka takut diserang oleh kelompok geng tersebut. Sehingga mereka membungkam mulut dan hanya bisa melihat motor mereka dari jauh.

Kekaguman terpancar di wajah orang-orang. Motor sebanyak ini tidak berantakan. Alis tertata begitu rapi. Bahkan kelajuan mereka sama-sama stabil satu sama lain.

Tidak ada satu pun yang tidak memakai helm. Sepeda motor mereka pun serentak berwarna hitam, kecuali ketua mereka. Jika anggotanya bermotor jenis kopling, cowok itu bermotor matic.

Di belakangnya ada seorang cewek yang sedari tadi memasang wajah tersenyum seraya memeluk tubuhnya dengan erat. Berbeda dengan sang pengendara. Wajahnya tak bisa santai. Datar dan tajam.

"Masih jauh," serunya.

"Lo tau mereka di mana?"

Cewek itu menampilkan senyum smirk. "Gue denger dari Coki di telpon,"

Tirex menganggukkan kepalanya. "Kurang lebih lima menit."

"Lima menit? Jarak sejauh itu mana mungkin bisa sampai dalam waktu lima menit. Motor lo matic, beda sama motor mereka," dia melirik ke belakang.

"Kalau pake motor gede gue yakin bisa, tapi kalau motor matic kayaknya sepuluh menitan." Tambahnya.

Tirex mengembangkan senyum. "Kalau gitu mari kita lihat buktinya,"

Salah satu tangan Tirex menarik tangan Dina untuk lebih mengeratkan pelukan. Dina menurut, lalu Tirex melajukan motornya dengan kecepatan penuh. Cewek itu hampir saja terjungkal jika tidak memeluknya.

"Anjir!" umpatnya.

Beberapa menit telah berlalu. Di depan sana ada beberapa orang yang berdiri dengan menggunakan pakaian serba hitam. Penutup kepala berwarna hitam, sepatu hitam, dan juga macam-macam alat berwarna hitam.

Pistol, belati, parang, yang paling membuat Tirex dan lainnya bingung adalah tiga orang yang memegang pulpen berwarna hitam.

"Rex, gue rasa pulpen itu beracun," bisik Antonio di belakang Tirex.

Tirex mengangguk setuju. "Kalian semua jangan sampai mendekati pulpen yang mereka bawa. Alat itu jauh lebih berbahaya daripada alat lainnya."

Dina mengangguk setuju. "Sekali sentuh tinggal ngitung pakai jari aja langsung mati lo semua!"

Tirex dan Antonio mengangguk menyetujui ucapan Dina. Mereka sama-sama tidak tau racun apa yang terkandung di dalam pulpen tersebut. Tetapi, dengan adanya butiran putih seperti pasir yang menempel di pulpen itu, Tirex yakin jika itu adalah racun yang sama yang digunakan untuk membunuh Gisel.

"Sekarang kita harus gimana, Rex? Firman ada ditangan mereka."

Antonio khawatir melihat Firman yang terduduk lemas tak berdaya. Mereka memegang kerahnya. Membuat leher Firman tertarik.

Firman terbatuk-batuk, ia terus meringis kesakitan. Perutnya terasa kesakitan. Mores melepas kerah Firman. Ia menendang Firman ke depan hingga dia pingsan.

Tirex mengepalkan tangannya. Ia maju mendekat.

Hamster mengarahkan pistol ke arah Firman. "Berani mendekat, berani melihat satu mayat!" Dia melepas tudung kepalanya.

Menampilkan seorang perempuan yang sangat cantik dengan senyum mengerikan. Semua anggota Tirexay melebarkan matanya tak percaya. Sungguh di luar dugaan. Seseorang yang selama ini menjadi salah satu sahabat spesial Tirexay ternyata adalah anggota musuh.

Secret MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang