Tirex melajukan motornya ke arah yang mungkin Eujihan tidak pernah datangi. Meskipun ia tak yakin dengan keputusannya, tapi Tirex usahakan supaya Eujihan tidak bisa mengejarnya. Tirex terus tertawa sepanjang jalan. Memikirkan bagaimana raut wajah kekesalan adiknya. Pasti dia sedang cemberut dan memasang wajah penuh amarah saat ini.
Tirex mengendarai motor dengan santai. Tidak seperti biasa kebut-kebutan dijalan dengan kecepatan diatas rata-rata. Kepalanya ia tolehkan kejalanan.
Ternyata banyak sekali pedagang kaki lima di daerah ini. Tirex juga baru tau, ternyata Jakarta indah bila di lihat dari dekat. Biasanya, cowok itu hanya fokus pada jalan saja tanpa memperhatikan sekitarnya.
Perutnya keroncongan. Tirex hanya sarapan sedikit tadi. Matanya memincing melihat ada pedagang cilok. Tirex memakirkan motornya. Dia berjalan berniat membeli cilok.
"Bang, beli ciloknya satu ya," kata Tirex memesan cilok pada penjual.
Penjual itu tampak mengerutkan keningnya. "Beli berapa Mas?" tanyanya.
"Satu Bang," Tirex duduk di kursi biru yang ada di samping Abang penjual.
"Iya saya tau, tapi Mas-nya ini mau beli berapa?"
Tirex mengangkat satu alisnya. Ni orang budek kali ya? Udah gue bilang beli satu masih aja nanya.
"SATU AJA BANG!"
"Berapa ribu?" jelas Abang penjual sedikit keras. Ia tau kalau Tirex memesan satu bungkus untuk dirinya. Tapi dia bingung berapa nominal yang cowok itu maksud.
"Ha?" otak Tirex loading. Maklum saja dia belum pernah beli cilok sama sekali. Jadi dia tidak tau jika harus menyebutkan jumlah nominalnya.
"Ribu? Banyak banget. Gue pesen satu porsi doang, bukan Seribu porsi,"
Penjual itu menghela nafasnya. Bagaimana caranya memberitahu orang di sampingnya ini?
"Bang, beli cilok Lima ribu," datang seorang anak kecil menenteng bola dilengan sembari memberika uang berwarna kuning kepada penjual cilok.
"Lima ribu ya?" sengaja ia keraskan suara agar Tirex mendengar.
Tirex manggut-manggut. Sekarang ia mengerti maksud Abang itu. "Oh ternyata harus gitu kalau mau beli? Kenapa nggak bilang dari tadi sih Bang!"
"Daritadi juga udah bilang!" kesal penjual seraya membungkus cilok.
"Gue beli Seratus ribu,"
Penjual dan anak kecil tersebut kaget. Mereka menatap Tirex tak percaya.
"Ha?" kaget keduanya.
"Kenapa?"
"Se-seratus ribu?" gagal si penjual tersebut.
Tirex mengangguk.
"Berapa bungkus?"
"Satu,"
Yang benar saja seratus ribu untuk satu bungkus? Mana bisa?
"Banyak banget Bang Seratus Ribu. Mending bagiin ke temen-temen gue aja Bang," sahut anak kecil dengan cengiran lebar di wajahnya.
Tirex mengangkat alisnya. "Mana temen-temen lo?"
"Itu," tunjuk anak itu pada teman-temannya yang kini berjalan ke arah mereka.
Tirex melihat ke arah yang anak itu tunjuk.
"Bolehlah,"
Matanya berbinar. "Beneran?" pertanyaannya dibalas anggukan oleh Tirex.
Abang penjual menyerahkan cilok pesanan anak kecil itu. Namun, cilok tersebut tersahut oleh tangan yang lebih besar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Mafia
Teen Fiction(Squel of Dia Acha) Judul sebelumnya : Dinasaurus vs Tirex Tirex bisa mencium aroma musuh dari jarak jauh. Apabila Tirex berhasil menangkap musuh, Tirex tidak akan melepaskan mangsa semudah yang dibayangkan. Hanya ada dua kemungkinan jika mau bermai...