Gadis itu memejamkan matanya dengan sangat erat seakan tak mau membukanya. Deru napasnya terhembus dengan teratur. Sapuan halus dari tangan seseorang yang membelai wajahnya yang terlihat sangat pucat, tetap saja tak membuat gadis itu membuka matanya.
Detak jantungnya berdetak normal, terlihat dari alat kardiologi yang ada di sampingnya. Tapi, ia masih saja terlelap tenang. Membuat siapapun yang datang dan melihatnya takut kehilangannya.
Tangan besar itu membelai pipinya. Ia menyisir anak rambut yang menghalangi kecantikannya.
Bibirnya mengembang membentuk sebuah senyuman. Malam menjelang pagi, tapi hal itu tak membuatnya pergi dari sana. Matanya bahkan tak merasakan kantuk. Selama semalam, ia bertahan di samping tubuhnya yang lemah.
"Udah tiga hari, kenapa lo belum bangun?"
Tidak ada kata lelah untuknya yang selalu menjenguknya di waktu dini hari. Di saat orang lain sedang tidur, ia menyempatkan diri untuk menatap wajahnya.
Wajah cerah yang selalu menggetarkan jantungnya. Ditambah lagi, saat ia memancarkan senyum manis yang muncul dari bibir ranumnya, hatinya selalu berdesir.
Tapi sayang, pemilik senyuman indah itu tak ingin lagi menunjukkan senyum untuknya.
Senyum yang dulu ingin ia akui sebagai miliknya, kini tak lagi terpancar. Senyum itu hilang. Hilang karna sebuah keharusan.
"Bangun, biarkan gue lihat senyum lo," pintanya.
Dia menolehkan wajahnya ke belakang. Seorang pria paruh baya menggunakan jas berwarna putih, serta stetoskop yang tergantung di lehernya berjalan menuju pada gadisnya.
"Gimana keadaannya?" hanya kalimat itu yang bisa terucap dari mulutnya.
Pria itu mendengus panjang. Ia menatap wajah gadis itu penuh kekhawatiran.
"Dia.., sudah kritis."
Genggaman itu tergenggam semakin kuat.
"Dok," panggilnya.
"Iya?"
"Apa seorang manusia tidak bisa hidup tanpa hati?"
"Manusia masih mungkin bisa bertahan hidup dengan sebagian organ hati. Tapi, tanpa organ hati sama sekali, manusia tidak akan bisa bertahan hidup."
Tatapannya tertuju pada wajahnya yang lelap. Ia mengelus puncak rambutnya dengan sayang. Kemudian ia menatap dokter Heru.
"Tolong sembuhkan dia, saya akan membayar semua biaya yang diperlukan."
***
Eujihan menekan sandi Apartemen yang terlihat kosong. Cewek itu masuk ke dalam setelah berhasil membukanya.
Eujihan berhenti sejenak. Ia terkejut melihat betapa kotor dan berantakannya ruangan di dalam situ.
"Buset, ini apartemen apa kandang sapi?"
Cewek itu buru-buru keluar. Ia mengambil pasokan udara sebanyak mungkin. Masuk ke dalam membuatnya dadanya sesak. Lalu ia mengambil masker dari dalam tasnya kemudian menggunakan masker sebelum menyusuri ruangan besar itu.
Cewek itu menyusuri apartemen yang lebih tepatnya disebut rimba dadakan dengan berjinjit. Matanya melebar sempurna saat melihat seseorang tidur di atas sofa dengan posisi yang tidak mengenakkan.
Eujihan geleng-geleng kepala. Ia berjalan ke arahnya dan menggulingkannya ke bawah.
![](https://img.wattpad.com/cover/253600370-288-k591474.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Mafia
Teen Fiction(Squel of Dia Acha) Judul sebelumnya : Dinasaurus vs Tirex Tirex bisa mencium aroma musuh dari jarak jauh. Apabila Tirex berhasil menangkap musuh, Tirex tidak akan melepaskan mangsa semudah yang dibayangkan. Hanya ada dua kemungkinan jika mau bermai...