Hari ini, Dina berniat untuk membersihkan rumah sembari memutar musik yang sudah ia download. Melalui sound speaker kaleng khusus yang ia rancang sendiri, ia membesarkan volume musik relaxing milik Tido Kang sekeras mungkin. Lagunya membuat hati Dina menjadi tenang.
Ia mengambil kemoceng yang terletak di paku dinding sebelah pintu lalu membersihkan debu-debu tebal di meja, kursi, dan benda lainnya. Hidungnya terasa gatal ketika debu-debu kecil berterbangan di udara.
"Hakchiu!!"
Ia menggosok hidungnya beberapa kali. "Hahh, butiran debu meresahkan,"
Sudah selesai membersihkan semua debu, cewek itu melanjutkan pekerjaan menyapu rumah. Ia pun mencari sapu biru kesayangannya. Biasanya sapu itu berada di pojok di dapur, tapi saat Dina mau menggunakannya tiba-tiba saja sapu tersebut hilang entah kemana. Padahal jarang bahkan hampir tidak pernah ada orang yang mengambil sapu tersebut kecuali dirinya. Pasalnya, hanya dia saja yang selalu bersih-bersih rumah.
Ibunya pun jarang pulang ke rumah dan memilih untuk tetap tinggal di rumah majikan meninggalkan kedua anaknya, meskipun sesekali pulang. Sedangkan adik laki-lakinya masih kecil, kelas 3 SD tidak peduli dengan kebersihan rumah.
Dina pun mengedarkan pandangannya ke setiap penjuru. Tidak menemukannya. Lalu ia mencoba mencari disetiap kamar, masih saja tidak ketemu.
"Kalo nggak dicari pasti ada dimana-mana, tapi kenapa pas dibutuhin mendadak hilang?!"
Dina mengecek seluruh sudut ruangan. Hingga akhirnya, ia menemukan sapu birunya di bawah kasur adiknya. Ia pun menyapu seluruh ruangan dan mengepelnya hingga lantai rumahnya nampak berkilau.
Nafasnya terengah-engah kelelahan. Keringatnya bercucuran di pelipis, dia mengelapnya dengan lengan.
Setelah Dua jam bergelut dengan alat kebersihan, ia pun mendudukan bokongnya diatas kursi. Ia bersandar dan meminum segelas air hingga tandas.
Dina menghembuskan nafas kasar. "Capek juga ternyata bersih-bersih,"
"Oh iya, gue kan ada PR. Lebih cepat lebih baik, gue kerjakan sekarang aja,"
"Nanti kalau si Gisel sama Daniar minta jawaban gak bakal gue kasih tau!"
Dina beranjak dari kursi, ia berlalu menuju ke dalam kamar. Sebelum mengerjakan PR ia membersihkan tubuhnya terlebih dahulu.
Dina keluar dari kamar mandi lengkap dengan bajunya. Ia hanya menggunakan kaos oblong warna hitam dan celana pendek warna hitamnya. Dina tidak suka belajar, tapi entah kenapa hari ini moodnya sangat baik. Hingga rumahnya pun menjadi berkilau. Sudah lama ia tidak melihat rumah sebersih itu sejak dua Minggu lalu.
Cewek itu mengambil tas dan mengeluarkan buku tugas. Semua buku dalam tas tersebut ia letakkan pada meja belajarnya.
Drrtt... Drrt...
Ponselnya bergetar menandakan sebuah pesan WhatsApp masuk. Dari Gisel.
Hangout kuy! Kita otw!
Read.
Baru saja ia berniat mengerjakan tugas tetapi setan tanpa akhlak mengajaknya pergi jalan-jalan. Hilang sudah niat belajarnya.
Dina mengambil nafas panjang. Sekalipun niatnya sudah berkurang, tapi ia tak boleh berhenti berusaha. "Sekali-kali ngerjain tugas sendiri,"
"Bentar!"
"Tugasnya pelajaran apaan ya? Kok gue mendadak lupa?"
Karna terlalu banyak tugas, ingatan Dina menjadi lemah. Dina membuka buku Matematika. Mencari apakah tugasnya di pelajaran ini atau bukan. Pada halaman ke 16 ia menemukan tulisan PR.

KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Mafia
Jugendliteratur(Squel of Dia Acha) Judul sebelumnya : Dinasaurus vs Tirex Tirex bisa mencium aroma musuh dari jarak jauh. Apabila Tirex berhasil menangkap musuh, Tirex tidak akan melepaskan mangsa semudah yang dibayangkan. Hanya ada dua kemungkinan jika mau bermai...