"Kenapa nggak di kasih sendiri ra? Kebetulan Mas Tirex baru aja selesai praktek, beberapa menit lagi palingan juga kesini,"
Cewek itu menggeleng. Ia menundukkan wajahnya malu. "Aku malu buat ketemu."
"Tolong ya, Mbak?"
Koyim menganggukkan kepalanya. Bibirnya melengkung membentuk sebuah senyuman.
"Baiklah,"
Dia berbalik meninggalkan kantin sebelum keramaian terjadi. Kedua tangannya senantiasa memeluk sebuah buku cantik berwarna tosca. Kakinya melangkah seribu bayangan.
Kali ini, dia kembali berhasil. Menyembunyikan identitas asli dari sebuah kenyataan. Matanya berkeliling, tak ada seorang pun yang melihatnya.
Dia aman.
Beberapa langkah setelah ia keluar kantin, ia dihadapkan dengan Tiga cewek cantik dari kelas Sebelas. Dia terkejut. Refleks menyembunyikan buku toscanya di belakang punggung, kemudian berlari menjauh.
Tawa riang dari ketiga cewek itu terhenti. Terutama Dina, matanya tak teralihkan pada sosok gadis yang baru saja melewati mereka. Sampai sosoknya menghilang pun, Dina tetap tidak memutuskan kontak mata.
Gisel tidak memedulikan Dina, dia berjalan menuju meja kantin dan segera mengaktifkan siaran langsung. Beberapa hari ini, cewek itu tidak menayangkan aktifitas harian. Pasti followers-nya merindukan dirinya.
Tanpa memesan makanan atau minuman, ia segera membuka aplikasi Instagram. Rasa laparnya mendadak menghilang.
"Hallo semuanya, kangen nggak sama Icel?"
"Huhu.. Icel kangen banget tau sama kalian, udah Dua hari nggak live,"
Daniar melambaikan tangannya di depan wajah Dina. Tapi Dina, tak berkedip sama sekali. Daniar mengikuti arah pandangnya. Dina sedang melihat salah satu adik kelas tercantik sepanjang masa.
"Sampai segitunya lo lihatin Zahra?"
Dina tersadar mendengar nama Zahra. "Namanya Zahra?"
Daniar mengangguk.
"Bukannya Siti Nurbaya?"
Daniar refleks memukul pundak Dina. "Nama dia Zahra, adik kelas tercantik tahun ini."
Daniar menggandeng tangan Dina menuju kursi sebelum tempat duduknya di penuhi oleh murid yang lain.
Buku itu...
"Gue laper, ayo pesen makanan."
"Pagi-pagi udah live aja lo," sindir Daniar sesampainya di kursi Gisel.
"Maaf teman-teman, para babuku biasanya emang gini, kalau majikannya lagi live suka ikut-ikutan. Biar nanti kalau di pecat bisa mudah dapat majikan baru. Apalagi Daniar, sukanya sama Om-om, tolong carikan ya," gerutu Gisel panjang lebar mendapat satu jitakan keras dari Daniar.
"Mohon maaf teman-teman, dia lagi promosi diri sendiri,"
"Alasan, padahal tadi habis renang bilang minta kenalin sama Om gue,"
"Lo kalo ngomong ngawur banget!"
"Emang nyata,"
"Ngajak gelut lu ya?"
Gisel menggebrak meja. "Ayo!"
Daniar menarik rambut Gisel kuat, begitu juga dengan Gisel. Di tempat yang sepi ini membuat keduanya semangat menarik rambut satu sama lain.
Dina memutar bola matanya malas. Kebiasaan kedua manusia tidak punya otak ya seperti ini, saling mengejek satu sama lain dan akhirnya bertengkar. Jika Gisel tidak memulai, Daniar tidak akan membalasnya. Namun, bukan Gisel namanya jika dia tidak memulai perdebatan duluan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Mafia
Teen Fiction(Squel of Dia Acha) Judul sebelumnya : Dinasaurus vs Tirex Tirex bisa mencium aroma musuh dari jarak jauh. Apabila Tirex berhasil menangkap musuh, Tirex tidak akan melepaskan mangsa semudah yang dibayangkan. Hanya ada dua kemungkinan jika mau bermai...