44. Pengakuan Rasa

1.9K 409 88
                                    


Typo dimana-mana ^^

"Dia adalah... " Tirex menggantung ucapannya.

"Siapa Rex?"

Tirex menghirup napas dalam sebelum melanjutkannya, "Ratna," Semua orang terkejut.

"Ratna?" pekik Firman.

"Ratna Larassi?"

Tirex mengangguk. Firman membulatkan matanya sempurna. Firman bergegas berlari meninggalkan teman-temannya tanpa pamit. Ia tak percaya atas pernyataan Tirex. Tidak ada kabar tentang kematian Ratna. Saat ini ia harus memastikan keadaannya sendiri secara langsung.

"Firman?" panggil Coki, ia pun bergegas menyusul Firman.

Tirex mencekal tangan Coki, ia menatapnya tajam. "Kenapa Firman?"

"Ratna itu teman masa kecil Firman,"

Tirex nenaikkan kedua alisnya. Ia menghembuskan napas pelan. "Kita susul Firman,"

"Antonio, lo pimpin kelompok pertama keliling kelas 12, Raden pimpin kelompok 2 keliling kelas 11, Bagas, lo tanggung jawab kelompok 3 keliling kelas 10, dan yang lainnya silahkan keluar sekolah!"

"Siap," jawab mereka.

"Lo gak ikut?" sewot Antonio.

"Gue ada kepentingan,"

"Kepentingan di saat genting?" Antonio tersenyum smirk. "Pasti lo mau ketemu Zahra!"

Tirex maju melangkah. Kini ia berhadapan dengan Antonio. Jaraknya cukup dekat. Tatapan mereka saling membunuh satu sama lain.

"Gak usah sok tau!"

Antonio mendorong Tirex. Walaupun dorongannya kuat tapi itu tak membuat Tirex memundurkan langkahnya. Antonio berjalan mendahului dan mengawal kelompok dua berjalan ke arah kanan. Tujuan mereka adalah kelas X sesuai perintah ketua.

Tirex memperbaiki bajunya yang berantakan. Semua orang telah pergi kecuali Raden. Ia masih menatap Tirex sembari membawa kotak sumbangan.

"Kenapa lo masih di sini?" tanya Tirex.

"Lo tau sejak kapan?"

"Kemarin, tepat saat kejadian,"

Raden menggut-manggut kemudian berbalik menyusul teman-temannya.

"Raden?"

Raden berhenti. Ia berbalik ke arah Tirex.

"I'm coming to Dinasaurus,"

***

Dina berjalan lesu di tengah koridor. Rasanya begitu asing berada di tengah keramaian. Sudah lama ia tak merasakan sekolah. Dirinya lebih sering membolos akhir-akhir ini. Bukan tanpa alasan, tapi karna keadaan.

Seseorang menghadang jalannya. Dina memasang tampang tak suka melihat siapa orang tersebut.

"Minggir!" sergah Dina.

Suri menampar Dina, namun berhasil di cegah olehnya. Dina kembali menepis tangan Suri.

"Tangan lo bau trasi!"

Suri menahan amarah kekesalan pada Dina sampai ia mengeluarkan air mata.

"Tumben lo nangis dihadapan gue? Nyesel lo udah kunci gue ditoilet? Sekarang mau sujud? Gue persilahkan!"

Secret MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang