Dina berjalan lesu menuju ruang sidang Kepala Sekolah. Bu Ani benar-benar memanggil Ibunya untuk datang ke sekolah. Jantungnya berdegup dua kali lebih cepat saat ia bertatap muka dengan sang Ibu. Dina sulit menelan salivanya. Tatapan amarah begitu terpancar dari wajah wanita paruh baya itu. Dia tak tau, apa yang sudah Bu Ani katakan hingga Ibuya menyatukan alis marah.
Jika alisnya sudah bersatu, habislah riwayat Dina. Dia akan mendapatkan amukan besar saat pulang sekolah nanti. Saat berada di ambang pintu, Ibunya melengos begitu saja tanpa memedulikan Dina. Cewek itu hanya bisa pasrah.
Dina melangkah masuk. Namun tiba-tiba tangannya di cekal oleh seseorang dari belakang. Membuat gadis itu berhenti dan menoleh.
"Tirex?" gumamnya sedikit terkejut.
"Lo gak perlu khawatir, karna gue udah punya buktinya." Tirex menunjukkan video rekaman cctv dari ponselnya kepada Dina.
Mata Dina berbinar, akhirnya masalahnya akan selesai begitu mudah.
"Video cctv?"
Tirex mengangguk. Dina mengembangkan senyumnya.
"Otak lo ada gunanya juga ya," kata Dina lalu masuk ke dalam ruangan dan meninggalkan cowok itu sendirian.
Senyum Tirex luntur seketika. "Lo kira gue gak punya otak?!" ketus Tirex tak suka.
Tirex mengganti raut wajahnya ketika melihat Arjuna datang.
"Papa," sapa Tirex melambaikan tangan heboh saat Papanya datang memakai jas kantor. Beda sekali dengan Dina. Cewek itu sangat takut dan was-was ketika melihat Ibunya, tapi Tirex malah gembira seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan.
Arjuna geleng-geleng kepala melihat otak anaknya sudah diambang batas kewajaran. Tidak ada takutnya sama sekali saat orang tuanya datang karna panggilan sekolah.
"Papa baru pertama kali ya datang kesini?"
Arjuna berkerut. Apa maksud anaknya ini? Padahal sudah hampir setiap hari Arjuna mengunjungi yayasan miliknya. Dan darah dagingnya berkata bahwa ia baru pertama kali?
"Kamu aja yang keseringan bolos sampe gak pernah tau kalo Papa tiap hari kesini,"
"Ah masak," Tirex memincingkan mata. Mencari kebohongan dibalik pupil hitam sang Papa.
"Tirex gak percaya,"
"Terserah," sahut Arjuna singkat. "Buat masalah apa kamu sampe Papa dipanggil?"
Aduh mampus, kenapa pake inget segala sih! Padahal kan gue mau mengalihkan perhatian.
"Biasalah," jawab Tirex santai. "Guru-guru pada iri sama Tirex karna terlalu ganteng,"
"Papa serius!" tegas Arjuna.
Tirex menelan salivanya. Nada sang Papa sangat tidak bersahabat.
Cowok itu menghela nafas panjang. "Salah paham doang,"
"Sekarang pulang! Biar Papa yang urus permasalahannya."
Tirex mendelik. Jika dirinya tidak ikut sidang, bagaimana ia akan menampilkan video rekaman cctv?
"Enggak Pa, Tirex bakal ikut-"
"Pulang atau dia akan Papa keluarkan?"
Tirex terdiam. Nafasnya tercekat. Tirex tidak bisa berkata apa-apa. Dia tidak ingin musuhnya dikeluarkan hanya karna permasalahan kecil. Sekalipun Dinasaurus adalah musuhnya, tapi tetap saja. Ini sangat tidak masuk akal jika dia sampai keluar.
"Jangan Pa, kasian anak orang main dikeluarin aja,"
"PULANG!!"
"Kita selesaikan masalah ini di rumah," Arjuna pergi masuk ke dalam. Pikirannya benar-benar kacau mendapatkan kabar bahwa putranya berbuat hal tak wajar di dalam yayasan miliknya sendiri dengan seorang gadis. Tapi disisi lain, Arjuna tidak yakin jika anaknya berbuat seperti itu. Karna ia tau, Tirex tidak pernah dekat dengan teman perempuan manapun.

KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Mafia
Roman pour Adolescents(Squel of Dia Acha) Judul sebelumnya : Dinasaurus vs Tirex Tirex bisa mencium aroma musuh dari jarak jauh. Apabila Tirex berhasil menangkap musuh, Tirex tidak akan melepaskan mangsa semudah yang dibayangkan. Hanya ada dua kemungkinan jika mau bermai...