34. Apartemen Tirex

2.2K 362 30
                                    

Pokoknya harus Vote dan Komen!!

Siapkan jantungnya pemirsa 🙌

______________________________

Kisah fiksi namun hadirmu terasa nyata. Setiap tulisan yang tertulis menyiratkan kemekaran bunga yang indah.
Merah dan Coklat.
Hitam dan Putih.
Batu dan Tanah
Sejarah kehidupan.
--
Writer
--

______________________________

Tirex akan mengurus masalah Marko dengan polisi terlebih dahulu. Ia tidak akan membiarkan siapapun bisa membebaskan cowok brengsek tidak tau diri itu tanpa persetujuan darinya atau pun Dina sebagai korban. Sekalipun umur Marko masih belum cukup untuk mendapat hukum, Tirex tidak peduli.

Dia akan membuat Marko menyesal seumur hidup. Dia akan pastikan hal itu terjadi. Kalau bisa, Tirex akan membuat Marko membusuk di balik jeruji besi.

Siapapun yang berurusan dengan Tirex tidak akan bisa bebas. Sayangnya Tirex tidak bisa membunuhnya karna Antonio mencegah. Lagipula ia tidak mau Dina trauma ketika melihat keganasan dirinya yang sebenarnya. Ia hanya bisa memenjarakan Marko.

Tirex masih baik hati bukan?

"Silahkan bawa dia dulu," kata Tirex. Polisi pun membawa Marko pergi.

Tirex membungkus tangannya dengan kain penutup mata yang di bawa Eujihan. Dina terus saja menangis tanpa henti melihat tetesan darah Tirex.

Padahal lukanya sendiri lebih parah daripada dirinya. Tapi cewek itu lebih mengkhawatirkan Tirex. Eujihan berniat untuk mengobati luka Dina di tempat ini secara langsung, namun Tirex mencegahnya.

"Gue nggak mau punggung Dina jadi sasaran mata para buaya."

Tirex menatap tajam semua anak geng-nya. Apalagi Firman. Ia menyengir lebar seraya menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.

"Tau aja lo pikiran kita,"

"Eujihan! Obati Dina di apartemen gue!" Eujihan mengangguk menuruti perintah Tirex. Tapi Dina tidak mau melepaskan tangan Tirex dari genggamannya. Ia terus saja menangisi telapak tangannya.

"Hiks, maafin gue, Rex.."

Tirex terkekeh mendengar isak tangisnya. Cowok itu menyentil dahinya. "Tumben lo nangis, biasanya teriak-teriak mulu kalau mau menghukum gue."

"Apaan sih!"

Dina memukul lengannya. Dia mengaduk kesakitan. "Awh..."

Tangannya terasa perih. Goresan luka akibat batu kerikil terasa sangat panas.

"Dinasaurus ganti jadi Dinangis," kelakar Coki tertawa.

Firman pun ikut terkikik. "Abadikan," Firman merekam video saat Dina menangis tersedu-sedu.

Jangan kira Dina budek. Karna kupingnya masih berfungsi dengan baik. Bukan berarti saat menangis ia tak bisa menjadi garang. Dina akan semakin bertambah emosi jika dirinya di ejek saat menangis

Cewek itu berdiri. Ia melepas sepatunya. Lalu melemparkannya ke arah Firman.

Tepat sekali benda itu mengenai dahi Firman. "Kok gue yang di lempar sih, Din?! Kan Coki yang bercanda duluan."

Dina menghentikan tangisnya. Ia menghapus air matanya. Menarik kembali ingus yang keluar. Dia menatap nyalang dua orang gila itu. Tangannya berkacak pinggang.

"Apa lo bilang?"

Firman gelagapan. Matanya berkedip lambat. Ia segera mencari cara untuk kabur.

Secret MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang