Dina membawa absensi kelas. Dia berjalan menuju pintu. Pulpen kesayangan untuk menulis nama-nama pelanggar peraturan senantiasa bertengger di kuping sebelah kanan. Satu persatu temannya masuk ke dalam kelas sekalian absen. Sebelum masuk, Dina selalu menyuruh mereka baris terlebih dahulu. Mengecek barang apa saja yang mereka bawa. Jika ada yang mencurigakan atau berbahaya, Dina akan menyitanya dan menyerahkan pada wali kelas.
Sudah hampir satu bulan peraturan ini dilaksanakan. Awalnya tidak ada baris berbaris sebelum masuk. Tapi karna waktu itu ada siswa yang tak sengaja terkena pisau saat mengupas kulit Anggur, Pak Anton melarang membawa benda berbahaya. Semuanya harus di geledah satu persatu.
Siapakah siswa itu? Dia adalah Dina sendiri. Dia ber-eksperimen, apakah pisau tajam bisa mengupas kulit Anggur yang notabenenya buah itu kecil dan kulitnya sedikit licin.
Ternyata dugaan cewek itu salah. Bukan kulit Anggur terkelupas, melainkan kulitnya sendiri.
Alhasil, Dina sendiri terkena imbasnya. Pak Anton mendenda sebanyak Sepuluh ribu untuk kas kelas. Meskipun nominalnya tidak banyak, tapi tetap saja uangnya terbuang sia-sia. Dina memang sangat suka mencoba hal-hal baru. Katanya, supaya mendapat pengalaman lebih. Seperti bolos sekolah, terlambat, naik pagar saat gerbang tutup dan tidak ikut upacara. Dina selalu menghindari hukuman dengan alasan yang sangat tidak masuk akal. Dina sudah di cap sebagai bad girl paling cantik yang pas bersanding dengan Tirex. Bukan Dina yang mau, tapi semua orang berkata seperti itu karna mereka berdua tidak pernah akur sejak pertama kali masuk. Dina sendiri ogah berdekatan dengan cowok tengil itu.
Tapi sepertinya hal itu sudah tidak berlaku lagi. Karna Pak Anton tiba-tiba menunjuk Dina sebagai sekertaris kelas. Sangat berbeda dengan kepribadian Dina yang pecicilan. Dia harus bertanggung jawab pada kelas. Walaupun masih sedikit sulit untuk menyesuaikan, tapi Dina tetaplah Dina.
Dulu Dina memang sedikit kecewa dengan keputusan Pak Anton. Tapi tidak lagi untuk sekarang. Karna dia bisa menghukum teman kelasnya sesuka hati.
Cewek itu sudah berada di depan kelas. Menatap temannya dengan tatapan intimidasi. Dina memanggil nama mulai dari absen atas.
"Adita kamu aman, silahkan masuk!"
Dina tersenyum sembari mengedipkan mata. Adita tidak pernah membawa macam-macam. Jikapun tasnya di cek, dia selalu membawa buku pelajaran. Termasuk buku Adita yang jadi favorit Dina, buku tugas. Dina tidak akan mendapatkan nilai bagus pada PR nya jika tidak ada buku tugas milik Adita.
Saat giliran Arfan, cowok itu membuka tas lebar-lebar dan mendorong sedikit kuat menunjukkan isi tasnya pada Dina. Batinnya berkata, cek aja noh!
Cewek itu berdecak saat tasnya hampir mengenai hidung.
"Kebiasaan!" cibirnya.
Dina menggeledah tas Arfan. Dia tak menemukan barang-barang berbahaya. Arfan aman. Dina mempersilahkan cowok itu masuk.
"Kagak ada yang aneh kan?" Arfan menutup resleting tas kembali.
"Ada," sahut Dina.
"Apa?"
"Lo yang aneh, nutup resleting tas gak lupa, tapi nutup resleting celana lupa."
"Ish, Ish, Ish, tak patut."
Tawa mereka meledak. Dina sengaja mengeraskan suaranya agar temannya bisa mendengar. Ben sedikit melirik ke arah bawah Arfan. Benar saja, cowok itu belum meresleting celana. Arfan menutupi celananya. Ia langsung menarik resleting ke atas.
Dia menatap tajam Dina dengan alis tebal menyatu. "Lo ngomongnya pelan-pelan dong, kan gue malu kalo mereka denger," bisik Arfan memperingati lalu menghentakkan kaki kesal menuju tempat duduk dengan hati dirundung malu. Arfan pasti mengingat kejadian ini setiap kali mau tidur. Dia tidak akan mudah melupakan sampai dia punya anak nantinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Mafia
Ficção Adolescente(Squel of Dia Acha) Judul sebelumnya : Dinasaurus vs Tirex Tirex bisa mencium aroma musuh dari jarak jauh. Apabila Tirex berhasil menangkap musuh, Tirex tidak akan melepaskan mangsa semudah yang dibayangkan. Hanya ada dua kemungkinan jika mau bermai...