67. Changed

1.3K 349 120
                                    

Cowok itu menurunkan kakinya dari motor. Begitu juga dengan jantungnya yang mau copot dan ikut jatuh ke tanah mengingat mereka sudah sangat terlambat. Raden sulit untuk bangun pagi, mengakibatkan Coki juga ikut terlambat.

Yang paling menyebalkan adalah ketika mereka juga harus berpapasan dengan anggota musuh, yaitu Tirexay.

Mereka ada sepuluh orang. Termasuk Tirex, Antonio, dan Firman. Rata-rata dari mereka satu kelas dengan Dina, ketua Dinasaurus.

Coki beradu pandang tajam dengan mata Firman. Tirex melangkah pergi dan menghalangi titik pandang mereka. Firman mengalihkan wajah, ia ikut masuk ke dalam kelas bersama Tirex.

Raden menyentuh pundak Coki. "Pikiran lo tentang hukuman udah hilang, Cok?"

Coki mendelik. Dadanya kembali bergetar. Ia menepuk jidatnya dengan keras.

"Dina?" Coki menoleh ke arah Raden. "Gue lupa kalau Dina masih jadi sekertaris,"

Raden manggut-manggut.

"Tapi, apa Dina bakal hukum kita, Den? Kan kita pasukannya," gumam Coki.

Raden membuka ponselnya. Ia menunjukkan sebuah pesan padanya.

Telat!

Lari keliling sekolah 25 putaran. Sekalian ambilin obat gue di rumah.

Mata Coki melebar sempurna. Ia merebut ponsel Raden. Dia membaca nama kontaknya.

Dahinya berkerut. "Ichi?"

Raden kembali merebut hpnya, ia memasukkan ponsel ke dalam saku. "Nama panggilan."

"Kenapa lo panggil dia Ichi? Bukan Dina?"

"Karna dia gak suka,"

"Kenapa?"

"Ichi, nama panggilan khusus dari Ayah. Dari kata Zaimashi."

Coki manggut-manggut. Ia baru tau tentang ini. Sebelumnya, Dina tak pernah menggunakan nama Ichi untuk panggilannya. Bahkan Raden saja tidak pernah memanggilnya dengan nama Ichi, kecuali nama kontak.

Itu disebabkan karna hanya orang-orang tertentu yang mengetahui nama panggilan aslinya. Walaupun begitu, sekarang Dina menyuruh mereka memanggilnya dengan nama Dina setelah Ayahnya meninggal.

***

Tirex meminta Antonio untuk memimpin anggotanya menuju ke dalam kelas. Cowok itu memasukkan tangannya ke dalam saku. Tatapannya kosong menatap pintu kelas yang tertutup.

Antonio melirik ke belakang. "Rex, gue ke kelas."

Tirex mengangguk. Kemudian beberapa dari anggotanya yang bukan teman sekelas meninggalkannya.

"Bagas,"

"Iya?"

"Buka pin-" sebelum Tirex menyelesaikan perintahnya, seseorang telah membuka pintu kelas.

Kedua mata itu saling memandang satu sama lain dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Sedangkan semua teman-teman Tirex yang tersisa meneguk ludahnya susah payah.

Dina datang dengan wajah garangnya serta pulpen emas yang bertengger di telinganya.

"Pulpen beracun," lirih Bagas menyembunyikan diri dibalik Tirex.

Mereka pikir, Dina akan menghukum mereka yang terlambat seperti biasa. Tapi ternyata dugaan mereka salah. Dina justru mengalingkan wajah dari Tirex dan melengos begitu saja tanpa protes dan memberi hukuman.

Secret MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang