23. Pulang Bareng Musuh

1.9K 373 3
                                    

Sejak lima menit lalu setelah kepulangan Gisel dan Daniar, kini Dina merasa sendirian di dalam kelas, Sebenarnya ia tidak benar-benar sendiri, ada tujuh orang pengurus kelas lainnya disini. Meski begitu Dina merasa ter-asingkan. Cewek itu seperti tidak dianggap oleh beberapa teman lainnya.

Iya Dina tau dia adalah sekertaris baru, tetapi dia punya hak untuk tau pengumuman yang disampaikan Osis kan? Dina memang tidak peduli tentang rapat, tapi Pak Anton selalu memaksanya untuk ikut rapat, sehingga mereka membiarkannya berada disini. Ya, meskipun tidak penting juga untuk meminta pendapat Dina.

Kalau kata Nafish percuma minta pendapat Dina, pasti jawabannya juga terserah.

Tetapi itu bukanlah hal yang membuat Dina marah, sebab ia bisa bebas membaca wattpad sesuka hati tanpa di ganggu. Telinganya mendengarkan rapat? Oh tidak, Dina menulikannya, ia menutup kuping rapat-rapat menggunakan inponds biru muda. Menyetel lagu-lagu K-Pop sekencang mungkin. Matanya pun fokus pada aplikasi berwarna oranye.

Pada rapat Osis beberapa hari yang lalu, sekolah akan mengadakan petugas upacara bergilir. Dimana setiap kelas akan menjadi petugas. Tujuannya adalah supaya mereka memahami dan menghargai jasa para pahlawan serta memperingati hari kemerdekaan.

Untuk mengetahui giliran, setiap Senin setelah upacara akan ada pengumuman petugas selanjutnya. Mereka bisa menggunakan jasa Paskibra untuk membantu latihan.

"Petugas upacara?" celetuk Dina yang mulai tertarik pada pembahasan kali ini.

"Iya," jawab mereka kompak.

"Kita yang jadi petugasnya?"

"Senin depan kelas sebelah, kita belum tau jadwal kelas kita kapan," jawab Nafish.

"Tumben kuping lo denger masalah rapat?" sahut Ben.

"Ya karna gue punya kuping ogeb!" Dina melepas inpods-nya. "Gue punya ide,"

"Apa?"

"Gimana kalau petugas upacaranya semua anak Tirexay? Dan lainnya sebagai paduan suara,"

"Heh! Gila lo! Mana mungkin mereka mau?!"

"Gampang, biar gue yang urus." Dina melengkungkan senyum jail.

"Lo yakin?"

"Lo gak percaya sama sekertaris kesayangannya Pak Anton?"

Ben, Nafish dan lainnya menganggukkan kepalanya berkali-kali. "Percaya, percaya,"

"Hanya Dina seorang yang bisa menaklukkan Tirexay," tutur Ben.

Tak selang beberapa lama, seseorang mengetuk pintu kelas. Mereka mengalihkan matanya pada pintu. Seorang cowok setinggi 178 sentimeter memandang kesal ke arah mereka.

"Panjang umur tuh bocah," celetuk Dina.

"Eh Dinasaurus, lo jangan lupa kalau kita ada pertemuan, gue jamuran nungguin lo selesai rapat! Cepet kelarin atau gue tarik paksa lo keluar!"

"Hilih bicit!" ejek Dina bergaya menye-menye.

"Ben," panggil cowok itu, ia memainkan matanya memberikan kode. Ben mengangguk memahami kode tersebut.

Secret MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang