Di halte sekolah Dina tengah menanti angkot Bang Jali untuk menjemputnya. Sembari menunggu, ia memutar musik penenang pikiran lewat youtube dan memasang earphone di telinga. Teman-temannya sudah pulang duluan ke rumah masing-masing meninggalkan ia sendirian didalam keramaian yang terasa sepi. Sekolah masih cukup ramai, tapi Dina merasa sangat kesepian. Apalagi di halte hanya ada dia dan seorang siswi tak dikenali saja.
Sesekali Dina mengangguk-anggukkan kepala mengikuti alunan musik seraya melirik ke atas. Pemandangan langit terlihat cantik. Ia mengambil kamera digital yang ia bawa di dalam tas miliknya. Saat tangannya menyusuri isi tas, ia tak sengaja memegang sebuah benda tajam.
"Apaan nih?"
Kedua alisnya menyatu. Benda tersebut terasa tak asing di tangannya. Karna penasaran, lantas ia segera mengeluarkan benda tersebut. Ketika benda itu keluar, matanya melotot.
"Obeng?"
Kemudian bibirnya melengkung membentuk sebuah senyuman ejekan.
Ia pun terkekeh mengingat kejadian tadi pagi di kelas. Dimana Tirex mendapat amukan besar oleh Pak Anton, karna telah membuat heboh seluruh sekolah. Kehadiran Tirexay mengundang semua murid untuk datang dan mengerubungi kelas hingga tak ada celah jalan untuk ia lewati.
Dari hal itu, Dina beruntung Tirex tidak jadi meminta kembali obeng darinya.
"Sok-sokan mau rebut obeng dari gue, selamanya pun gak bakal gue balikin. Kecuali, kalo gue udah nyerah sih."
"Ah jangan deh, bisa gue buat nyoblos ban-nya lagi." ia pun terkekeh setelah mengucapkan itu.
"Masak sultan cuma punya satu obeng doang?"
Cewek itu meletakkan obeng kembali. Lalu, ia mengambil kamera digital miliknya. Saat ia menyiapkan pengaturan kamera dengan menghadap ke bawah, Dina tak sengaja melihat cewek disampingnya itu tengah menulis sesuatu pada kertas bindernya. Ia tak yakin pasti, tapi terlihat dari bentuk tulisannya, Dina merasa cewek itu sedang menulis surat cinta.
Masih jaman ya sekarang nulis surat cinta? Padahal udah ada WA.
Dina geleng-geleng kepala. Reinkarnasi dari jaman Siti Nurbaya nih orang.
"Zahra," teriakan itu membuat kedua orang yang berada di halte menoleh.
Dina pun ikut mendongak pada seseorang yang melambaikan tangan di depan gerbang.
"Aini," sahut Zahra sambil melambaikan tangan.
Oh namanya Zahra, kenapa kok bukan Nurbaya? Atau Siti? batinnya tertawa.
"Ayo pulang bareng," ajak Aini.
Zahra sumringah dan mengangguk. Lantas ia pun bergegas berlari menyusul Aini. Dina melihat buku binder milik Zahra terjatuh, ia pun memanggil nama cewek itu dan berniat untuk mengembalikan buku milik Zahra.
"Hey, cewek halte siapa nama lo?" teriak Dina.
Tidak ada jawaban. Zahra terus berlari ke arah Aini.
Dina terdiam sejenak. "Zahra apa Nurbaya ya?"
"Zahra?!"
"Eh, bener gak sih nama dia Zahra?"
"Ah bodolah,"
"Zahra?!!" panggilan Dina terabaikan. Zahra sama sekali tidak menoleh ke belakang. Cewek itu masuk ke dalam mobil Aini. Dina berusaha untuk mengejarnya, namun tak sempat. Mobilnya sudah melaju kencang meninggalkan sekolah.
"Aarghh!!!"
"Budek banget sih tuh orang!" kesal Dina menendang batu kerikil berukuran sedang sekencang mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Mafia
Novela Juvenil(Squel of Dia Acha) Judul sebelumnya : Dinasaurus vs Tirex Tirex bisa mencium aroma musuh dari jarak jauh. Apabila Tirex berhasil menangkap musuh, Tirex tidak akan melepaskan mangsa semudah yang dibayangkan. Hanya ada dua kemungkinan jika mau bermai...