68. Fakta yang Hampir Terungkap

1.4K 340 140
                                    

Handphone yang ada di atas meja kini beralih ke tangannya. Ia menempelkan ponsel di telinga setelah memencet nomor telepon kekasihnya.

Tak perlu berselang lama. Kekasihnya pun mengangkatnya.

"Di mana?"

"Zahra lagi di taman, Kak."

"Jangan kemana-mana, gue ada perlu."

Cowok itu memastikan telepon sepihak. Lalu ia menyahut kunci motor dan pergi menuju taman tempat Zahra berada.

Saat ia membuka pintu, ia dihadapkan dengan ibunya. Matanya menatap tajam ke arahnya. Wanita setengah baya itu menunjukkan sebuah kertas.

"Apa maksudnya ini, Bang?"

"Kenapa kamu punya rencana seperti ini tanpa diskusi dulu sama Bunda?"

"Kalau Tirex bilang, apa Bunda mengizinkan?" tanyanya.

"Ibu mana yang rela jika harus berpisah dengan anaknya yang berencana untuk pergi jauh dari sisi ibunya, Bang?"

Perlahan air mata itu jatuh dari pelupuk matanya. "Nggak ada!"

Tirex menghembuskan napas pelan. Ia tersenyum dan memeluk tubuh ibunya dengan hangat.

"Maafin Abang, Bunda," pintanya.

"Kenapa harus dengan cara ini? Kita bisa cari cara yang lain,"

"Tirex hanya ingin melakukan yang Tirex bisa,"

"Tapi nggak gini caranya, Bang. Kita bisa selesaikan ini dengan cara lain!" Acha memukul dada Tirex.

Acha tak bisa menahan tangis. Ia memeluk anak pertamanya dengan sangat erat, seakan ia tak mau kehilangannya.

Kepalanya menggeleng beberapa kali. Bibirnya bergetar saat tau pilihan anaknya untuk pergi jauh dari sisinya.

"Tolong jangan pergi jauh, Nak."

Cowok itu mengelua rambut ibunya dengan sangat lembut.

"Bunda, selama ini Abang tidak pernah meminta apapun dari kalian berdua. Tapi untuk saat ini, keputusan Tirex sudah bulat. Jadi, tolong hargai Tirex. Ini pilihan Tirex. Bunda tenang aja, Tirex nggak akan pergi terlalu jauh,"

"Tirex akan kembali ke pelukan Bunda saat semua urusan sudah selesai."

***

Kedua pasangan itu tidak mengeluarkan suara sama sekali. Mereka berdua sama-sama terdiam. Zahra pun hanya bisa memainkan kedua kakinya.

Sedangkan cowok disampingnya ini menatap kosong ke depan. Tanpa ekspresi, tanda senyum, dan tanpa berkedip.

Katanya, ada hal penting yang ingin dibicarakan, tapi ternyata cowok itu diam saja sejak datang.

"Zahra,"

Cewek yang disebutkan namanya pun akhirnya menoleh. Akhirnya ia membicarakan sebuah topik.

"Iya, Kak?"

"Boleh gue tanya sama lo?"

Zahra pun mengangguk. "Boleh,"

"Apa artinya main yahaan hoon?"

Tirex menatap Zahra. Cewek itu nampak mengerutkan keningnya. Ia berkedip lambat memikirkan jawaban apa yang tepat untuk pernyataan yang sama sekali tak ia ketahui.

Secret MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang