76. Kencan?

1.4K 263 45
                                    

"Masuk?"

"Enggak?"

"Masuk?" ia maju selangkah. Ia mempertimbangkan untuk terus maju atau tidak.

Namun kemudian ia memilih mundur selangkah. "Enggak?"

Pikirannya tambah bimbang. "Masuk?" Cewek itu maju selangkah lagi. Kemudian ia berhenti.

Lalu berbalik arah. "Enggak usah deh ya?"

Hembusan napasnya yang panjang terdengar begitu berat. Dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal beberapa kali.

Entah mendapat dorongan dari mana, ia tak sengaja menyetujui permintaan Antonio yang ingin mengajaknya belajar di perpustakaan umum milik keluarganya. Atau mungkin, ia mengajaknya kencan dengan alasan belajar?

Kemarin saat ia hendak pulang bersama Hanabi, cowok itu memanggilnya dan ingin mengajaknya mengobrol sebentar.

Cowok itu telah meminta Hanabi untuk pulang terlebih dahulu, karna ia yang akan menggantikan dirinya untuk mengantarkan Dina pulang. Awalnya cewek itu menolak, tapi setelah mendengar penjelasan Hanabi jika ini adalah jalan terbaik melupakan Tirex, akhirnya, Dina pun setuju.

Apalagi pada saat itu, Tirex dan Zahra tengah berjalan keluar gerbang melewati mereka. Dina berharap Tirex mendengarnya, dan cowok itu akan cemburu.

Tapi ternyata salah.

Karna itu hanyalah haluannya saja. Buktinya, ia tak ragu menyemburkan percikan air bekas hujan pada mereka, hingga membuat Hanabi mencak-mencak.

Namun, bukan berarti Dina akan menjadikan Antonio sebagai pelampiasan.

Ia tau jika Antonio menaruh hati padanya, tapi Dina tidak ingin jika nanti dirinya akan membuat cowok itu berharap lebih padanya.

Memang untuk melupakan seseorang pasti membutuhkan waktu dan proses yang panjang. Terdapat dua opsi yang berbeda. Apakah kau akan melupakannya dengan orang baru atau kau akan menjadikan dirimu lebih baik di masa depan?

Dan cewek itu memilih opsi yang kedua.

Kembali lagi pada Dina yang bingung antara masuk atau tidak ke dalam perpustakaan, tempat yang sangat berbanding terbalik dengan kepribadiannya yang buruk.

Cewek itu membaca sebuah tulisan yang berada diatasnya.

"Pintu masuk."

Dia pun menarik napas panjang. "Kenapa kaki gue bisa jalan ke sini? Padahal gue mau pulang barusan."

"Lo udah dateng?"

Dina terjingkat kaget. Ia menoleh ke arah sampingnya. Seseorang yang akan ia temui hari ini tiba-tiba hadir di belakangnya.

Dina tersenyum setengah sembari menganggukkan kepalanya kaku.

"I-iya."

Antonio menampilkan senyum semangat. "Gue kira lo nggak mau dateng," pikirnya.

Dina menautkan jari-jarinya. "G-gue tadi habis jalan-jalan sama Arkan, jadinya mampir ke sini."

Antonio manggut-manggut. Ia tau jika Dina hanyalah beralasan. Tanpa berpikir panjang, cowok itu pun menggandeng tangannya.

"Ayo!"

Dina terkejut. Matanya membulat sempurna. Seluruh badannya terasa seperti tersengat listrik.

***

Kedua insan layaknya pasangan itu berjalan bersama menyelusuri rak perpustakaan yang cukup besar.

"Di lorong rak ini, khusus buku pelajaran matematika. Kalau lo mau belajar matematika, lo bisa cari buku yang lo mau di rak ini." Tunjuknya pada sebuah rak yang dipenuhi dengan angka.

Secret MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang