82. Jangan Pergi

1.1K 248 79
                                    

Empat mata saling beradu. Memandang satu sama lain. Kedua pupil yang berbeda terlihat mengecil, disertai perasaan tak percaya. Sebuah kata ingin terucap namun tak sanggup diucapkan.

Tancapan duri bulu babi beracun seolah membelah bentuk hati yang menyatu. Bukankah ini yang ia mau? Melupakan seseorang yang tak bisa ia genggam.

Lelaki itu seperti pasir. Semakin digenggam semakin menghilang. Sedangkan dia seperti api yang terus berkobar jika angin berhembus kencang.

"A-apa?"

Mata lelaki itu tak berkedip. Kedua pupilnya membesar. Binaran cahaya yang indah memperelok wajahnya. Namun sayang, hal itu disertai bendungan air siap meluncur kapan saja. Tatapan yang dalam menembus tulang rusuknya.

Sapuan halus menyentuh kulit. Anak rambut yang terbang disingkirkan oleh tangan besar itu.

Tak berhenti menatap. Dadanya semakin bergetar. Degupan jantung begitu kencang. Mengalirkan darah merah bagaikan ombak yang menyapu lautan. Semua organ dalam tubuh bekerja lebih cepat.

"Benci gue, Din. Hapus rasa cinta lo ke gue,"

Dina menggeleng kuat. "Nggak!"

Dia menarik sudut bibirnya. "Tolong lupakan gue dan... "

"Jangan pernah ingat apapun tentang gue. "

Air mata tak terbendung lagi. Jatuh merembes membasahi rahangnya yang tegas.

Telapak tangannya yang besar menangkup wajah kecilnya. Gadis itu menggeleng pelan. Dia memegangi punggung tangannya.

"Kalau lo minta dilupakan, kenapa lo nangis?"

Pupil yang kecil kembali normal. Melihat lelaki di depannya mengeluarkan air mata membuatnya tak mengerti. Mengapa laki-laki itu menangis jika tak ingin dilupakan?

Mengapa tetap meminta untuk menghapus perasaan darinya?

Terasa dingin. Pipinya yang hangat di dekap telapak yang dingin.

Tirex semakin mendekat. Dia menyatukan keningnya dengan gadis itu. Memejamkan mata erat.

Desiran aneh menyengat tubuhnya. Dina menegang, sebenarnya apa yang dilakukan cowok ini? Tirex membuat Dina melayang. Hatinya berbunga saat kening mereka saling menyentuh.

Tapi dia merasa ada sesuatu yang disembunyikan cowok itu. Bisakah dia memberitahukan yang sebenarnya?

Tetesan air mengenai hidung mancung Dina. "Jawab gue, Tirex."

"Apa yang lo sembunyikan dari gue?"

Tak ada jawaban. Dia diam membisu.

"Dengan sikap lo yang seperti, lo buat gue semakin jatuh hati, Rex..." lirihnya.

Kepalannya erat. Matanya menatap tajam mata Tirex yang masih terpejam.

"Apa lo mau bawa gue terbang ke langit tujuh lalu buang gue ke jurang terdalam?"

Meski cowok itu akan menjatuhkannya berkali-kali, tapi dia tidak akan menyerah untuk mendapatkan balasan perasaan darinya.

Cowok itu menggelengkan kepalanya pelan. Dia menjauhkan wajahnya. Kelopak mata perlahan terbuka ke atas. Dia menatap gadis cantik itu dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

"Karna gue mau pergi."

Cowok itu menangkup wajahnya. Dia mencium kening gadis itu cukup lama. Mengesampingkan rasa sakit yang menggerogoti tubuhnya. Berbagai benda tajam seakan menusuk jantung.

Seluruh badannya bergetar. Kulitnya serasa dilepas secara paksa. Tenggorokannya tercekat. Napasnya begitu berat. Denyut nadinya sangat amat lemah.

Dia mencengkeram pundaknya. "Argh!!"

Secret MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang