66. Leader's Secret

1.6K 328 62
                                    

Raden meletakkan beberapa bungkus es di atas meja. "Satu es seribu."

"Gratis," Hanabi mengambil salah satu es rasa melati. Raden menepis tangannya.

"Anjing lo," raung Hanabi mengelus tangannya.

"Bayar baru ambil!" peringatnya.

"Pelit kuburan lo sempit." Ketusnya.

Raden mengedikkan bahu. Dina tersenyum tipis, pikirannya kosong menatap ke depan. Ia masih penasaran dengan kondisi Coki. Sudah dua hari ini dia belum kembali. Lebih tepatnya, Tirex masih belum membebaskannya.

Entah apa yang sebenarnya Tirex mau dari Coki. Dina tau Coki itu seorang hacker, tapi untuk hal apa Tirex memerlukan dirinya?

Cewek itu mengambil es rasa gula batu, tatapannya tajam menatap Raden. Cowok itu mau menegur dan meminta bayaran pun mengurungkan niat. Nyalinya mendadak ciut.

Dina menyedot esnya. Tenggorokannya terasa segar.

Hanabi menatap Dina lalu beralih menatap Raden. "Gue di suruh bayar, kok Dina enggak?"

Raden menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Lo mau gue mati?"

"Boleh juga,"

Raden mendelik. "Sialan lo,"

"Udahlah, kasih gratis." Marko mencomot es, tangannya ditepis Raden. Matanya menatap nyalang. Marko nyengir kuda.

Dina membuang bekas es-nya ketika melihat Coki datang diiringi para anggota Tirexay. Di samping Coki, ada Tirex yang selalu mencekal lengannya.

Dina berdiri diikuti Hanabi dan lainnya. Tirex berhenti, lalu ia mendorong Coki. Raden menangkap tubuh Coki yang tak seimbang. Wajahnya babak belur, banyak lebam dimana-mana.

Dina menyentuh wajah Coki, cowok itu meringis kesakitan. "Lo apain Coki?" teriaknya.

"Pelajaran spesial."

Dina mengeraskan rahangnya. Dia meraih salah satu es bungkus Raden dan melemparkannya ke wajah Tirex. Alhasil wajah tampannya basah.

"Beraninya lo cuma manfaatin kepintaran Coki. Setelah semua yang dia lakuin, lo hajar Coki. Bangsat lo, Rex!"

"Dia pantas dapetin tonjokan gue," Tirex mengepalkan tangan di udara.

Dina maju selangkah, namun dicegah Coki. Cowok itu menggeleng lemah. "Gue pantes dapetin ini karna menjadi pengkhianat Tirexay."

"Lo denger?" sahut Tirex.

"Lo bukan pengkhianat. Lo itu mata-mata!" sergah Dina.

Coki tersenyum tipis, dia menggeleng pelan. "Lagipula, gue sama sekali gak masalah dapet bogeman Tirex. Hitung-hitung senam wajah."

Dina mengerutkan keningnya. Dia menjitak kepala Coki keras. "Kenapa lo gak bales?"

"Kalaupun gue bales, apa lo yakin gue menang?"

Dina terdiam. Ia beralih menatap Tirex. "Pergi, sebelum gue-"

"Oke, tapi jawab pertanyaan gue."

Dina menaikkan satu alisnya. "Apa?"

"Di mana Bu Nur? Dan kenapa dia mengundurkan diri dari rumah gue?"

Dina terkekeh. Dia berbalik memunggungi Tirex. "Keluarga gue sudah gak ada hubungannya sama keluarga lo."

Dina memerintahkan teman-temannya untuk masuk ke dalam membiarkan Tirexay di luar markas mereka.

***

Secret MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang