75. Hari yang Baru

1.3K 294 115
                                    

Mulai detik ini, ia akan memulai hari yang baru. Hari dimana ia akan benar-benar melupakan seseorang yang pernah membuatnya jatuh hati. Hari dimana ia akan berubah menjadi seseorang yang baru, yang tidak akan dikenali oleh orang lain.

Dina akan merubah penampilannya. Cewek itu memotong rambutnya menjadi lebih pendek. Cewek yang tidak pernah memakai skincare, ia akan mulai merawat tubuhnya.

Karna dengan menjadikan diri lebih baik, akan lebih bermanfaat daripada harus memikirkan satu orang yang salah.

"Gue cantik banget ya," ujarnya tersenyum.

Dia akan merubah sifatnya, dan dia akan menurunkan emosinya, jika mampu. Mengingat tentang hari yang hanya tinggal sedikit.

Dina tidak tau, apakah dia bisa berubah total? Ia pun juga tak tau, apakah ia mampu menghilangkan perasaannya sepenuhnya.

Tapi, apapun tantangannya, ia akan mencoba. Meskipun itu sangat sulit untuk dilalui.

Seorang anak kecil berjenis kelamin laki-laki berdiri diambang pintu memandangi dirinya. Ia menatap cowok itu dibalik cermin seraya tersenyum.

"Arkan?"

"Hari ini hari apa, Kak?"

"Hari yang baru buat gue."

Cowok itu menggeleng. "Salah."

Dina mengerutkan dahinya bingung. "Hari Senin," sahutnya.

Arkan menampilkan senyum. Dia berjalan mendekat menghampiri Dina. Kemudia cowok itu memeluk erat leher kakaknya dengan sayang.

"Hari ini lo cantik," lalu ia mencium pipi Dina.

Hati Dina terenyuh, ia merasakan pelukan hangat serta ciuman yang hangat dari adik kesayangannya. Ia pun tak bisa menyembunyikan bahagianya. Apalagi, sekarang ia jarang sekali bertemu dengannya karna kesibukan masing-masing.

Tangannya terulur untuk mengelus pipi Arkan. "Terima kasih adik kecilku," sahutnya pelan sembari menahan air matanya.

Arkan tau apa yang pikirkan Dina. Dina pun tau jika Arkan tidak ingin kehilangan dirinya. Karna Dina adalah satu-satunya keluarga yang paling mengerti dirinya.

Dia khawatir, jika Dina sudah tidak ada, bagaimana nasibnya ketika menghadapi alter ego ibunya.

"Kak?"

"Hm?"

Arkan melapas pelukannya, ia beralih ke samping Dina, meraih telapak tangannya, lalu berjongkok di depannya.

"Lo cantik, Kak. Lo nggak pantes mencintai orang yang salah."

***

"Sepatu biru," tatapannya tertuju pada sepatu indah itu. Kemudian ia mengambil tisu dan membersihkan debu yang sedikit menempel.

Satu persatu mulai terpasang di kakinya. Kemudian ia menatap ke depan. Menampilkan senyum semangatnya.

"Hanabi," ia melambai sembari berlari.

Hanabi menarik sudut. Ia merasa jika hari ini Dina sangat cantik dengan rambut pendeknya serta wajahnya sangat ceria. Tidak seperti biasanya yang terlihat suram.

Hanabi pun membalas lambaian tangannya. "Ayo Din berangkat."

Dukk!!

Hanabi berhenti berucap. Matanya berkedip cepat. Sedetik kemudian, ia tertawa sekencang-kencangnya melihat cewek itu nyungsep.

Dina tersandung oleh tali sepatunya sendiri dan tersungkur di tanah. Kerikil-kerikil kecil menggores telapak tangannya.

Secret MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang