Tekan bintang setelah baca, dibutuhkan juga komentarnya💙
•••••
Suara denting sendok yang beradu dengan suara kran air menjadi rutinitas sehari-hari Syasa membantu mbak menyiapkan sarapan.
"Nasi buat Bella udah dimasak mbak?" Ririn datang ke dapur membawa dot susu Ririn untuk di cuci.
"Udah kak," jawab mbak.
"Mama udah bangun kak?" tanya Syasa sambil mengaduk-aduk bubur yang ia buat khusus Pani.
"Udah sya. Itu naik ke atas, mau jumpai Bara."
Syasa mengangguk saja. Sudah seminggu berlalu, dia belum kunjung menjelaskan ke Bara. Bahkan Bara terus saja menolaknya. Menyindir tiap kali berpapasan.
Bekas cakaran kucing mungkin akan hilang. Tapi bekas cakaran ucapan kamu di hati aku akan terus membekas, SAMPAI KAPANPUN!!
Dibantu oleh mbak, sarapan sudah disiapkan di meja makan. Ririn lebih dulu datang membawa Bella. Sambil berbicara dengan Saka, ia menyuapi Bella.
"Susu yang berapa gram?"
"Tiga ratus gram aja yah,"
"Cukup? Gak beli yang 600 gram aja?"
"Coba tiga ratus aja. Bella udah jarang banget minum susu. Mama mau biasain Bella banyak minum air putih aja."
Mendengar ucapan Ririn dan Saka, Syasa tidak sadar kalau Pani dan Bara sudah turun dan sedang berjalan ke meja makan. Bara menarik kursi dan mempersilahkan mamanya duduk.
"Apa mama nasehati Bara?" batin Syasa melihat sikap Bara barusan.
Bara ingin menyendokkan nasi goreng untuk sarapan Pani, tapi Syasa menyanggahnya. "Syasa udah buatin mama bubur." Bara melepaskan sendok dan memilih duduk.
"Ambil buburnya sya," suruh Pani.
"Ya ma.."
Pani sarapan dengan bubur buatan Syasa dan Bara dia sarapan hanya dengan selembar roti dan teh manis hangat.
Melihat Pani sudah selesai sarapan, Bara mulai bersuara. Ia mengatakan ingin pisah rumah.
"Maksud kamu?" Pani mengelap tangannya.
"Bara sudah membeli rumah di komplek Cempaka. Kebetulan rumah itu dekat dengan kantor Bara. Bara bersama Syasa akan tinggal disana ma."
Dua tahun silam, Bara sudah berkata kepada Nadia. Kalau ia akan men-cicil sebuah rumah di komplek dekat kantor Bara. Rumah impiannya bersama Nadia kelak. Yang mengetahui hal itu hanya Saka dan Nadia.
"Iya ma, Bara sudah nanya pendapat aku sebelum dia beli rumah itu." Ujar Saka.
Pani senyum dan mengangguk. Ia menyetujui apa yang Bara katakan. Hal yang bagus Pani rasa jika mereka tinggal berdua di rumah itu. Dengan begitu, Pani berharap hubungan mereka akan semakin membaik.
"Kapan pindahnya bar?" tanya Ririn.
"Besok kak."
"Cepatnya?"
"Lebih cepat lebih bagus,"
Syasa hanya diam. Tidak memberikan pendapat sama sekali, karena seorang istri akan ikut kemana suami asal itu ke tempat yang tidak membahayakan.
Sesuai yang dikatakan Bara, besok mereka akan pindah rumah. Syasa mengemasi barang-barang bawaanya. Seperti pakaian, beberapa foto dan lain sebagainya. Ririn membantu Syasa mengemasi barang-barang. Disela-sela itu, Ririn menceritakan kebiasaan Bara dan makanan kesukaan Bara.
KAMU SEDANG MEMBACA
SYASA (SELESAI)
Romance18+ Nikah di jodohkan emang sudah biasa✔ Nikah tanpa cinta juga sering terjadi✔ Tapi bagi Syasa semua itu tidak diinginkan. Walau dijodohkan dan nikah tanpa cinta, bukan berarti pernikahan untuk status dan bercerai. "Aku menyerah," •••••••••••...