Bagian-4

4.4K 137 3
                                    

Suara cicit burung yang menjadikan pohon disebelah rumah Syasa sudah menjadi rutinitas pagi hari.

"Ini teh untuk ayah." Syasa memberikan teh ke teras. Fahrial pagi hari suka duduk menikmati udara segar dan membalas sapa para tetangga.

"Makasih."

Syasa menarik kursi disebelah Fahrial. "Ayah beneran udah sehat. Gak sebaiknya ayah istirahat aja dulu di rumah."

Fahrial tertawa kecil, ia mengangguk. "Ayah sudah sehat kok."

Fahrial sudah kembali ke rutinitas asalnya. Mulai masuk kerja, dan membantu Meta di sawah.

"Jadi kita ke pasarnya?" Meta ke teras menemui Syasa.

"Jadi bu." Syasa berdiri. "Syasa ambil jaket dulu ya."

•••••

Hal yang dirindukan Syasa selama di Yogyakarta adalah belanja ke pasar bareng ibunya. Memilih bahan untuk dimasak hari itu.

"Syasa kan?" tepukan seorang cewek menggendong anak cowok berusia sekitar satu tahunan.

"Eh, iya." Syasa masih samar dengan cewek yang menegurnya.

"Aku Pika, teman Sd mu."

Syasa baru mengingatnya. Pantas saja Syasa tidak mengenal. Pika dulu cewek bertubuh tinggi dan kurus, rambut keriting kini sudah menjadi seorang ibu muda.

Mereka bertukar kontak WhatApps, agar Pika mudah menghubungi Syasa.

Selain Pika, Syasa juga bertemu dengan beberapa orang yang dulu mengenalnya. Seperti pedagang aksesoris. Biasanya Syasa dan Veby langganan dua minggu sekali membeli kunciran rambut.

"Ibu tunggu di depan tukang parut kelapa ya."

"Iya bu."

Syasa ke parkiran mengambil motor. Disana ia bertemu dengan Ririn.

"Syasa?"

Syasa meminggirkan motornya. "Kenapa kak Ririn yang belanja?" tanya Syasa.

"Iya nih, mbak lagi jaga ibu di rumah. Ibu lagi sakit."

"Bu Pani sakit apa kak?"

"Asam lambung sya."

"Jadi keadaan ibu sekarang gimana kak?"

"Ibu masih terbaring diatas tempat tidur. Gak mau di bawa kerumah sakit."

Syasa tidak banyak tanya dengan Ririn, karena cewek itu sudah di tunggu suaminya di depan pasar. Saka Prasetyo, suami Ririn sudah pulih dari sakit tifusnya. Dan mulai kembali bekerja.

"Maaf bu, Syasa lama.."

"Iya, gak papa."

Mereka pergi dari pasar. Sampai dirumah Syasa memberi tau Meta mengenai Pani.

"Yaudah, nanti sore kita jenguk bu Pani kerumahnya ya."

"Iya bu."

Masak bersama. Itu hal yang di rindukan oleh Syasa. Meta sering mengingatkan Syasa untuk bisa masak. Jadi misalnya Syasa sudah menikah ataupun merantau dia sudah bisa mengurus makanannya sendiri.

Selesai masak, Syasa makan bersama Meta, mengantar makan siang ke tempat kerja Teza, lalu istirahat. Dikali istirahatnya, Syasa membuka akun instagramnya.

Dm masuk meminta nomor WhatApps-nya. Dan Syasa mengomentari story Nadia.

"Udah jenguk Bu Pani, nad?"

SYASA (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang