Bagian-36

4.5K 133 1
                                    

Yok dibaca
Yok divote
Yok dikomentari
Yok bisa yok💪

Malam pertama?

Mungkin bisa jadi yang dikatakan malam pertama pengantin baru adalah hal yang barusaja dilakukan Bara ke Syasa. Pengalaman pertama bagi keduanya. Tapi Bara terlihat lebih santai ketimbang Syasa yang masih gugup dan malu-malu.

Bara terus senyum memandangi wajah damai Syasa yang tertidur lelap. "Kenapa baru sadar sekarang sih!" runtuknya. Baru tiga hari memutuskan untuk memulai semuanya dari awal, Bara sudah mulai tertarik dengan Syasa. Perempuan sederhana yang ngak banyak permintaan ini membuat hatinya luluh. Ya, walau Bara belum bisa mengatakan 'Cinta' kepadanya.

Aktivitas memandangi wajah terlelap Syasa harus disudahi karena Ririn mengetuk pintu memanggil nama Syasa. Barapun terpaksa turun. Laki-laki itu menyelimuti tubuh Syasa yang tidak memakai sehelai benangpun. Kemudian Bara melilitkan handuk di pinggangnya menutup bagian bawahnya dan membuka pintu sedikit saja.

"Kenapa kak?"

Ririn memandangi Bara sambil senyum-senyum. Ingin mendorong pintu itu, namun Bara menahan.

"Apasih kak?!" kesal Bara.

Ririn tertawa kecil. "Santai bar, santai. Tau kok tau. Hehehe.." cekikiannya.

"Humm, kenapa manggil-manggil Syasa?"

"Syasa udah bangun kan? Mau ngajakin buat bolu?"

"Dia lagi tidur,"

Ririn mendelik. "Tidur bar? Udah jam setengah satu siang ini? Yakali tidur mulu dari kemarin malam!"

Bara menggaruk kepala dan berdecak. "Nanti kalau dia bangun, aku bilangin. Yaudah ya, aku juga mau tidur."

Saat Bara ingin menutup, Ririn segera mencegahnya. Perempuan itu tersenyum memandang Bara.

"Bar?"

"Apalagi kak?!"

"Udah ya?" tanyanya sambil cengar cengir.

Bara berdecak. Matanya terbuka lebar dan berkata. "Bella nangis tuh kak. Daahh!!" saat Ririn melihat ke belakang, Bara langsung menutup pintunya.

"Huhh!!"

Bara urung kembali lanjut tidur. Badannya sudah cape ditambah keringat disekujur tubuhnya. Barapun mengambil handuk dan melangkah pelan-pelan agar tidak menganggu Syasa.

Sudut bibir Bara terangkat membentuk senyuman lebar. Mengingat suara Syasa yang menjeritkan namanya, rasanya Bara ingin terbang.

"Fokus bar, fokus!"

Jika Bara terus mengingatnya, yang ada ia membangkitkan gairah untuk berniat melakukannya lagi. Apalagi melihat Syasa yang belum memakai pakaian, bisa-bisa mengundang hasratnya.

••••••

Jam empat sore. Syasa menggeliat dalam tidurnya. Matanya perlahan terbuka. Samar-samar melihat bantal disampingnya.

"Bara?" pekiknya.

Syasa langsung duduk dan menutup mulut ketika melihat tubuhnya yang telanjang. "Astaga!!" bagaimana ia bisa lupa kejadian tadi pagi. Bara melakukan hal itu bukan hanya satu ronde saja. Bahkan Bara memintanya lagi hingga Syasa tidak sanggup. Rasanya badannya ingin remuk. Apalagi daerah kewanitaanya masih perih akibat sobeknya selaput darah keperawanannya.

Pipinya memerah membayangkan dirinya yang mendesah kenikmatan akibat persatuan mereka.

"Ihhh!!"

SYASA (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang