Bagian-15

4K 136 0
                                    

Diharapkan tekan bintang dan berikan komentar kalian


Suara dobrakan pintu mengangetkan Syasa dalam tidurnya. Ia tersentak, memegangi dadanya. Jantungnya berdegup kencang. Suara dobrakan pintu itu terdengar kembali. Syasa buru-buru keluar kamar. Mendekati sumber suara itu. Suara itu berasal dari lantai dua. Kamar Bara kedua. Syasa menghela napas, yakin kalau itu Bara.

Tangannya menepuk kening kala melihat jam. "Kok bisa kesiangan sih!" gerutunya, berlari kedapur. Mencuci tumpukkan piring. Tidak banyak memang. Cuma bagaimanapun, Syasa harus mencucinya. Keteter, mungkin itu dialami Syasa sekarang. Mondar-mandir ke kamar, ke dapur, lalu ke belakang rumah menjempur pakaiannya. Jemuran stainless itu hanya digunakan untuk menjemur pakaian Syasa saja. Sampai sekarang, satu pakaian Barapun tidak pernah Syasa cuci.

"Awwww..." Syasa kepeleset. Bertepatan saat Bara turun dari lantai dua. Jangankan untuk menolong, sekedar melihat ke arahnya saja Bara tidak mau. Cowok itu melenggang masuk ke kamar utamanya.

Syasa memegangi bokongnya. Mondar-mandir dari dalam kamar mandi membuat lantai basah. Meregangkan kedua tangannya. "Aduuuhh..." ringisnya, mengusap-usap bokongnya.

Sudah jam sembilan. Syasa sudah mandi. Kini sedang membuat sarapan. Melihat ke arah kamar utama. "Gak kerja?" tanyanya dalam hati. Tidak peduli. Mau Bara dipecat, resign atau tidak kerjapun, bukan urusannya. Sarapannya sudah selesai. Syasa membawa dua piring ke meja makan. Sarapan untuk Bara selalu ia buat. Menikmati sarapan seorang diri sambil membalas chat Wawan.

"Bara dirumah?"

"Iya,"

"Pantesan! Izin mendadak dia. Aku jadi kerepotan!" omel Wawan, entah kenapa membuat Syasa tertawa.

"Sabar,"

Suara pintu kamar Bara terbuka. Tanpa menoleh ke belakang, Syasa yakin Bara akan pergi.

"Iya ma, ini mau jalan."

Bara kembali naik ke lantai dua. Sambil menempelkan ponsel ke telinga kanannya.

"Gak bisa ma. Bara aja!"

Syasa mendengarnya. Pani sudah sering menyuruh Syasa dan Bara untuk main kerumah. Tapi Bara tidak kunjung mengajaknya, dan memilih pergi sendiri saja.

"Bolu pisang kan?"

Syasa membenarkan posisi duduknya. Menyantap sarapan dengan pelan.

"Kak Ririn?"

Bara mengunci kamar utama, kemudian pergi menggunakan motor yang ia simpan di gudang. Motor baru ia masukkan ke dalam rumah.

Syasa sudah putuskan. Gaji pertama dia, akan ia beri setengahnya ke Meta. Membelikan Pani dan Ririn serta Bella makanan. Dan mentraktir Wawan makan. Sudah janjinya dalam diri. Tetap, di gaji berikutnya ia akan membagi Meta setengahnya dan sisanya ia tabung untuk biaya kuliahnya.

•••••

Setelah sholat maghrib. Syasa segera siap-siap. Acara reunian dimulai jam delapan malam. Jika Bara tidak mengajaknya pergi bersama, Syasa bisa pesan ojek online.

"Bagusan pakai sepatu kets atau yang ini," tunjuk Syasa dengan sepatu bertumit runcing. Saat itu ia sedang video call dengan Veby, menanyakan pendapat adiknya.

"Sepatu kets aja deh kak. Veby tau, kakak pedenya pake sepatu kets kan?"

"Cocok kan?"

"Cocok dong. Sepatu kets nya kan warna putih, masuk ke warna apa aja."

Teman kelas Syasa juga tau gimana dia. Bukan tomboy, hanya saja Syasa tidak pede dengan makeup juga sepatu-sepatu tinggi. Cuma mulai sekarang, Syasa biasakan makeup. Hanya makeup natural saja.

SYASA (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang