Yok dibaca
Yok divote
Yok dikomentari
Yok bisa yok
Sesuai permintaan Syasa, mereka akan menginap malam itu dirumah ibu. Awalnya Bara menolak, tapi Syasa bersikeras.
"Sya, kita pulang aja ya. Aku mau istirahat dirumah." Bisik Bara ketika mereka sedang duduk berdua di gubuk.
Syasa menatap Bara. "Kalau kamu mau istirahat dirumah, ya silahkan bar. Aku ngak maksa kamu buat nginap disini kan?"
Bara memeluk lengan kiri Syasa dan mengelus puncak kepalanya. "Dipending aja ya nginap di rumah ibu."
Syasa memutuskan kontak matanya dengan Bara. "Kalau kamu ngak mau, aku ngak maksa bar! Aku kangen ibu. Aku kangen keluargaku. Aku ngak pernah marah kan kalau kamu ngajak aku nginap di rumah mama?" Syasa berusaha menahan amarahnya. Tapi soal keegoisan Bara yang mengajak pulang sepertinya tidak bisa ditoleransi.
Bara mengelus paha Syasa. "Ya maaf sya. Maaf ya."
Syasa tidak merespon.
"Sya," Bara memegang pundak Syasa dan memutar arah pandangan Syasa agar Bara bisa menatap wajah istrinya itu. "oke-oke, kita nginap dirumah ibu. Jangan marah-marah ya sya,"
Syasa menghela napas dan menatap Bara sekil,as sambil merespon. "Hmmm.."
Bara mencium pipi kiri Syasa, syukurnya Meta sedang tidak ada di dekat mereka.
"BAR!" Syasa memukul pundak Bara. Yang dipukul malah cengengesan.
"Itupun masih kurang sya. Belum disini.." tunjuk Bara ke bibir Syasa. "dan banyak lagi. Heheheh..."
Syasa mengeplak kepala Bara. "Dasar mesum!"
Tawa palsu. Disaat Bara berusaha membuat Syasa tertawa dan senyum, semua itu tidak ada gunanya bagi Syasa. Hanya sia-sia! Ingin memaki Bara, tapi belum saatnya. "Huhhh...! Syasa dituntut untuk banyak sabar.
Tanpa Syasa pancing, Bara menceritakan perjalanannya menuju kota Sibolga. Laki-laki itu banyak cerita mengenai meeting mereka yang berhasil di sepakati oleh rekan-rekan investor. Dan ya, Bara tidak jujur mengenai perjumpaanya dengan Nadia.
Syasa tersenyum tipis menatap Bara dengan segala ceritanya. "PEMBOHONG KAMU BAR!"
••••••
Suara loudspeaker tetangga sebelah kanan dan kiri sudah biasa jika sore begini. Para tetangga menjadikan kebiasaan berkumpul di depan salah satu rumah, ya tujuannya untuk menggosip. Syasa hanya tersenyum tiap kali para tetangga menyapannya. Tidak mau banyak omong, karena percuma kalau ujung-ujungnya mereka menyindir tentang kehamilan Syasa.
"AKHIRNYAAAA..." teriak Veby yang barusaja pulang kerja. Perempuan itu sengaja meminta izin kepada manager untuk pulang sore hari. Alasannya karena ingin bertemu dengan kakak tercintanya.
Syasa memeluk Veby dengan eratnya. "Padahal kemarin malam baru ketemu, tapi udah kangen aja sama kakak."
Syasa mencium kening Veby. "Kakak juga kok,"
"Sama abang veb?" sahut Bara yang ada di samping Syasa.
Veby senyum dan menyalami Bara. "Kangen so pasti. Gimana kabar bang? Katanya ke luar kota, bawa oleh-oleh kan?"
Bara menepuk keningnya. "Kalau abang selalu bersama kakakmu, abang akan baik-baik aja."
Veby tertawa. "Ciee—cieee, Bisa aja ngombalnya nih abang ipar, heheh... By the way oleh-oleh aman kan bang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SYASA (SELESAI)
Romansa18+ Nikah di jodohkan emang sudah biasa✔ Nikah tanpa cinta juga sering terjadi✔ Tapi bagi Syasa semua itu tidak diinginkan. Walau dijodohkan dan nikah tanpa cinta, bukan berarti pernikahan untuk status dan bercerai. "Aku menyerah," •••••••••••...