Yok dibaca
Yok divote
Yok dikomentari
Yok bisa yok💪Malam begitu hangat menyapa. Sudah jam delapan. Syasa bersiap-siap ingin pergi ke rumah Muthia. Ya, untuk dua hari kedepan, Syasa akan menginap disana karena Suami Muthia dan kedua orang tuanya akan pergi ke kampung halaman karena ada urusan mendadak.
Dijemput bersama Muthia dan suami menggunakan mobil, Syasapun pamit ke ibu kost dan pergi bersama Muthia.
"Masih mual-mual sya?" Tanya muthia di dalam mobil.
"Masih kak,"
"Kita beli obat lagi ya?"
Syasa tertawa kecil. "Vitamin yang kemarin aja belum habis kak. Malah mau beli lagi, kak-kak."
Suami Muthiapun ikut bicara. "Jangan kebanyakan minum obat. Ngak baik,"
"Ya mas, tapi aku ngak tega liat Syasa mual-mual terus." Gusar Muthia.
Syasapun menyahut. "Syasa ngak papa kok kak. Bukannya wajar ya, kalau hamil itu mual-mual?"
"Ya sih, tapi?"
Ucapan Muthia dipotong oleh suaminya. Laki-laki ini menawarkan makanan untuk kedua ibu hamil itu.
"Syasa mau makan apa?" Tanya suami Muthia.
"Burger boleh bang?"
"Boleh dong. Mau berapa?"
"Satu aja deh bang."
"Cukup satu?"
"Dua aja deh kalau boleh, heheh.."
Bedahalnya dengan Syasa, Muthia ingin makan yang manis-manis. Sebelum suaminya berangkat ke kampung halaman jam sepuluh malam nanti, Muthia mau menghabiskan waktu diluar dan mentraktir Syasa. Bagaimana pun, Syasa juga butuh waktu buat refresing seperti ini. Apalagi di kota ini, dirinya hanya sendiri dan kondisi yang hamil seperti ini, harusnya Bara mendampingi nya.
Burger, Martabak terang bulan, Sostel, bolu dan beberapa makanan untuk stok dirumah. Dua hari dirumah akan terasa singkat. Apalagi banyak hal yang ingin Muthia bicarakan kepada Syasa, termasuk tentang Bara.
Sampai di rumah mertua Muthia, Syasa menyalami mertua Muthia yang sudah mengenalnya.
"Selamat ya nak," Ucap perempuan paruh baya yang di panggil Umi oleh Muthia ataupun Syasa.
"Makasih mi,"
Umi mengelus perut Syasa dan berkata. "Jadi anak yang kuat dan sehat ya. Jangan bandal-bandal."
Syasa tersenyum lebar. "Makasih mi,"
Di rumah ini, walau baru sebulan kenal Umi dan beberapa kali bicara lewat video call, Syasa merasakan kekerabatan yang sangat erat. Apalagi Umi dan Abi sangat sayang kepada siapapun termasuk Syasalah. Mereka sudah menganggap Syasa seperti anaknya sendiri.
"Kamu udah makan? Umi udah masak soto ayam tadi."
Senyum Syasa memudar. "Soto ayam?" Seketika Syasa mengingat wajah Bara yang begitu lahapnya makan soto kesukaan nya. Syasapun masih ingat terakhir saat ia ingin meninggalkan rumah Bara, ia sempat kan masak soto.
"Ya Umi. Umi mau berangkat sekarang?"
"Iya nak. Saudara udah pada nanyain Umi kapan berangkat."
"Yaudah mi, Hati-hati ya mi."
Keluarga yang tenteram. Suami Muthia adalah anak sulung dan memiliki satu adik perempuan. Melihat keluarga kecil Muthia, Syasa sedikit iri. "Kenapa aku ngak sebahagia kakak?" Manusiawi, jika kita melihat orang yang lebih baik dari kita. Tapi balik lagi, Syasa harus pasrah. Jika sudah takdirnya berpisah dengan Bara, lalu ia bisa apa selain menerimanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SYASA (SELESAI)
Romance18+ Nikah di jodohkan emang sudah biasa✔ Nikah tanpa cinta juga sering terjadi✔ Tapi bagi Syasa semua itu tidak diinginkan. Walau dijodohkan dan nikah tanpa cinta, bukan berarti pernikahan untuk status dan bercerai. "Aku menyerah," •••••••••••...