Bagian-55

3.6K 117 4
                                    

Yok dibaca
Yok divote
Yok dikomentari
Yok bisa yok💪


Terus-terusan Bara mencoba menelpon dan mengirim puluhan chat ke Muthia. Tapi sayangnya Muthia menolak telepon darinya dan hanya membaca chat dari Bara.

"Semangat bar.."

Bara udah putuskan. Sejauh apapun Syasa, sekeras apapun rintangan menemuinya, Bara yakinkan dia akan mencari dan membawa Syasa pulang ke rumahnya. Bara yakin, kalau Syasapun membutuhkannya.

Dasar, Bara terlalu pede.

Begitu cepat waktu berlalu. Kini sudah empat minggu Syasa pergi. Entah sudah berapa banyak konter ponsel yang ditanyai Bara untuk melacak media sosial Syasa. Mengenai Pani, perempuan paruh baya itu memilih pergi ke kampung halamannya untuk menenangkan pikirannya. Mengenai pekerjaan, Bara dipecat karena tidak ada kabar dan dipaksa masuk oleh sekretaris nya, laki-laki itu tidak mau.

Ririn dan Titan orang yang menceramahi Bara karena bodoh menyia-nyiakan pekerjaannya. Dan sekarang, laki-laki itu meminta Titan mengurus semua hal mengenai pemecatan dan uang PHK dari kantor. Bagaimanapun, Bara butuh uang untuk kesana-kemari.

Satu motornya sudah ia jual, dan uangnya ia simpan di tabungan agar sewaktu-waktu Bara pergi mencari Syasa ke luar kota, Bara sudah siap soal biaya.

••••••

Masih pagi yang membosankan. Bara turun dari atas dan duduk di ruang tamu. Pandangannya terfokus pada bingkai foto pernikahan yang sengaja di letakkan di samping televisi.

"Liat sya?" Bara memperlihatkan seluruh tubuhnya. "ini yang kamu mau kan? Membuat aku menderita kan?" Bara tersenyum tipis. "gakpapa sya. Siksa aja aku terus. Tapi kamu balik ya sayang? Balik. Aku butuh kamu."

Air mata mulai menetes. Pagi hari Bara selalu dimulai dengan air mata. Entah sampai kapan ini terjadi dengannya.

Bara menyandarkan kepalanya di sofa. Tangan kanannya diletakkan di atas kepala. Kedua matanya ia pejam. "Kapan aku bisa tidur tenang sya? Tidur ku terus terganggu karena aku ngak ditemani sama kamu. Sya, balik ya? Balik sayang.."

Ponsel Bara berdering. Tanpa membuka matanya, Bara mengambil ponsel di kantong dan menggeser tombol hijau keatas.

"Halo?"

"Bar?"

"Hmm..."

"Aku tadi jumpa sama Ayah Syasa,"

"Hmm..."

"Ayahnya buang muka pas aku sapa bar."

"Hmm.."

"Bar jangan hm.. Hmm.. Aja anjir! Aku udah gemeteran, apa jangan-jangan mereka tau Syasa pergi bar."

Bara menghela napas. "Kalaupun tau, aku siap pasang badan tan. Karena aku salah, aku akan akui semuanya. Aku cape nyembunyiin kesalahanku dalam hubungan ini."

"Ya tapi?"

"Udah ya."

Bara memutus panggilan itu. Selain dari Syasa, Bara tidak ingin berlama-lama teleponan. Apalagi Nadia masih terus menghubungi nya. Perempuan tidak tau diri tuh anak. Sudah dimaki, tetap saja memohon kepada Bara.

"Huh!"

Mengenai Nadia, Bara tidak mau lagi berurusan dengan perempuan itu. Bara fokus ke Syasa aja. Ada saatnya Bara balas kejahatan Nadia, tapi saat ini bukan waktunya.

SYASA (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang