Bagian-21

3.4K 125 5
                                    

Dibutuhkan vote dan komentarnya💙


Jam sepuluh lewat Pani dan keluarga pulang dari rumah Bara. Pani sama sekali tidak mengatakan apapun kepada Bara selain, "Mama pulang dulu." itu saja. Perempuan itu masih mencurigain anaknya sendiri, karena Bara tidak berkata jujur kepadanya.

"Pengaduh!!" sindir Bara diruang tamu.

Syasa menghentikan langkahnya, menoleh ke belakang. "Nuduh?" keningnya mengkerut menatap Bara yang berkacak pinggang di depan pintu kamarnya.

"YA!"

Syasa tersenyum kecut. "Gak salah?" Syasa sengaja menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Bukannya kekasih gelapmu itu yang suka mengadu?!"

Sinyal kemarahan Bara terlihat. Kedua matanya melotot ke arah Syasa, tapi cewek itu tidak takut. "Sudah ku katakan jangan berkata buruk tentang kekasihku. Itu yang mau kau jawab kan?!" Syasa tertawa melihat tangan Bara yang mengepal. "mau KDRT? Silahkan. Itu lebih bagus untuk membawa masalah ini ke pihak berwajib!" tegas Syasa.

"Ohiya lupa," Syasa menepuk keningnya dan berbalik menatap Bara. "Surat perceraiannya masih ditunggu. Jangan lama-lama, kasian kekasihmu itu!!"

Wajah Bara sudah sangat emosi. Syasa tidak lagi tinggal diam sekarang. Mungkin membalas Bara adalah langkah yang baik agar cowok itu tidak bisa seenaknya saja.

"Cukup!" Syasa berdiri dibelakang pintu kamarnya, menyeka airmata yang menetes membasahi pipinya. Meta memberikan amanah agar Syasa tidak boleh melawan suaminya, tapi Syasa melanggar amanah itu. "Maaf bu. Syasa gak bisa diam aja. Syasa gak mau diinjak-injak!!" Syasa terhentak mendengar suara dobrakan dari luar. Ia tutup telinga. Tidak mau peduli dengan keadaannya sekarang, apalagi tentang Bara.

•••••

Syasa kembali melanjutkan rutinitasnya. Ia tidak mau terhalang karena masalahnya dengan Bara. Hari itu, Syasa tidak bisa bertemu dengan Wawan sampai dua hari kedepan. Secara mendadak cowok itu meminta cuti karena ada urusan keluarga di kampung halaman.

Wawan

"Maaf karena ambil cuti."

"Keluarga maksa aku buat pulang. Katanya penting."

"Gakmasalah. Keluarga emang harus diutamakan."

"Kamu gak kangen aku?"

"Sekarang gak tuh, tapi gak tau nanti. Hehehe.."

"Aku aja udah kangen. Masa kamu enggak?"

"Hati kita beda."

"Ayo disatuin yok?"

"Nyatuin apanih? Gelas yang udah pecah? Susah tau, heheh.."

"Bisa, kalau niatnya kekeh."

Syasa mengakhiri chattannya dengan Wawan karena ketua Manager Eksekutif datang bersama dengan Manager bagian Sumber daya manusia. Syasa duduk di kursinya sambil mengerjakan laporan hari itu. Pandangannya tidak ia alihkan dari layar komputer. Telinganya mendengar Bara yang memangil Narti.

"Apa laporan bulan lalu untuk lampiran rapat nanti sudah selesai?"

"Setelah makan siang saya akan berikan laporan itu ke bapak,"

"Baiklah."

Hanya sekedar itu, Bara dan Manager SDM kemudian pergi. Vivi dan Bunga menghembuskan napas lega.

"Pengen nampar mukanya ihh!!" ujar Vivi memukul meja kerjanya.

"Sama vi," sahut Bunga.

Nano menghampiri meja Vivi dan berkata, "Lampiaskan aja di kedua pipi abang dek. Abang ikhlas untuk calon istri abang."

SYASA (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang