Bagian-53

3.7K 122 2
                                    

Yok dibaca
Yok divote
Yok dikomentari
Yok bisa yok💪

Titan membawa Bara ke luar cafe dan duduk di pinggir jalan.

Bara menghempaskan gepalan tangannya ke udara. "Anjing kau NADIA!" geramnya. "AHHHKKHH!!" Bara berjongkok dan memegang kepalanya. Karena ulah Nadia, dia dan Syasa harus pisah seperti ini. Pantas saja sikap Syasa sudah sedikit berubah semenjak kepulangan Bara dari Kota Sibolga.

"Sya, maafin aku sya. Maaf...." Bara memukul-mukul pahanya. "maaf sya... Balik ya sayang, aku cinta sama kamu. Aku butuh kamu syaaaa... Isss..."

Titan berdiri di belakang Bara. Mendengar semua yang dikatakan Nadia, Titan terkejut dan emosi dengan Bara. Namun, jika ia ikut meluapkan emosi ke Bara, Bila-bila Bara semakin gila dan menganggap dirinya salah dalam hal ini. Ya, walau yang dilakukannya tidak bisa dibenarkan. Kesalahannya BENAR-BENAR fatal.

"Bar, ayo pulang?" Ajak Titan.

Bara menggeleng.

"Kau mau sampe kapan disini, huh? Apa hasilnya kau duduk macam orang gila disini, apa? Syasa bakal balik, iya?!" Titan menghela napas, hampir saja dia meluapkan semuanya. "ayo pulang bar, Kak Ririn sama Tante Pani masih dirumah. Mereka nunggu kau, ayo bar?"

Barapun berdiri. Tanpa bicara, ia jalan lebih dulu ke parkiran cafe dan menaiki motornya.

Sepanjang jalan, Bara sangat-sangat menyesal. Andai saja malam itu ia bisa mengontrol nafsu dalam dirinya, mungkin semua ini tidak akan terjadi. Nasi sudah jadi bubur.

Titan yang di belakang Bara, tidak habis pikir. Padahal ia sudah yakin kalau Bara sudah mulai suka sama Syasa. Tapi tidak ada yang tau gimana bisa terjadi, Bara juga belum bicara semuanya. Titanpun tidak bisa menyalahkan Bara sepenuhnya. Sebab ia tau Nadia adalah perempuan licik. Semenjak ditinggalkan Bara, perempuan itu mengemis agar Bara bisa balik lagi sama dia. Dan mungkin saja, kejadian itu sebuah rencana Nadia.

••••••

Pani mondar-mandir di ruang tamu rumah Bara.

"Ma, duduk dulu ma." Ucap Ririn.

Kepala Pani menggeleng. "Ngak. Mama ngak akan tenang sebelum mama ketemu Bara."

Saka turun dari lantai dua. Ririn menelpon Saka untuk pulang karena situasi keluarga sedang tidak enak.

Mendengar suara motor Bara di halaman, Pani ingin kesana, namun Ririn melarang nya. "Disini aja ma. Kalau di halaman, nanti tetangga liat."

Pani menghembuskan napas. Ia menatap ke arah pintu masuk. Hingga Bara masuk lebih dulu, Pani menjeritkan nama Bara.

"SINI KAMU!!"

Bara pasrah dan mendekati Pani. Kini Bara sudah berdiri di hadapan Pani, perempuan itu menatap Bara dari bawah ke atas.

Plak

Pani menatap keras pipi kanan Bara. "Begini balasan kamu sama mama bar? Almarhum ayah kamu ngak pernah ngajarin kamu jahat sama orang kan bar? Kenapa kamu... Isss... "

Bara diam. Dia tau dia salah. Ia membiarkan Pani meluapkan semua emosi terhadapnya.

Pani menangis. "Mama ngak nyangkah kamu lebih jahat dari yang mama liat. Mama tutup-tutupi semua tingkah buruk kamu dari keluarga, bahkan dari keluarga Syasa!!" Pani menepuk kening kemudian menghapus airmatanya. "menantu mama itu sama sekali ngak ngeluh selama kamu jahat sama dia. Hebat kamu bar!!" Pani menepuk tangan di depan wajah Bara. "ini yang kamu mau kan? Menghancurkan semuanya, termasuk harapan mama?"

Pani semakin emosi melihat sikap diam Bara. Ia mencengkram pundak Bara. "LIAT MAMA BAR!!"

Ririn dibelakang mencoba membujuk Pani. "Ma, udah ma. Kita bicarain baik-baik."

SYASA (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang