Bagian-26

3.6K 120 0
                                    

Dibutuhkan vote dan komentarnya💙


Bara membawa Syasa ke hadapan klien yang merupakan investor yang menanamkan saham sekitar lima puluh persen ke perusahaan tersebut. Dengan sopan dan ramahnya, laki-laki ini memperkenalkan Syasa sebagai istrinya.

"Sudah berapa lama menikah?" tanya istri dari klien tersebut.

"Tiga bulan bu," jawab Syasa dibarengi senyumnya. Syasa sedikit risih dengan tangan kiri laki-laki ini yang merangkul pinggangnya. Syasa bahkan ingin menggeser tubuhnya, tapi Bara semakin mempererat rangkulannya.

"Semoga cepat isi ya," perempuan memakai kemeja putih itu mengelus perut Syasa.

"Doain saja ya," balas Bara sambil tersenyum ke arah Syasa.

"Benar-benar drama!" batin Syasa.

Bukan hanya perkenalan, Syasa harus terjebak lebih lama lagi karena klien mengajak Syasa dan Bara makan di luar hotel. Selain membahas pekerjaan, mereka juga membahas hal lain.

"Saya ingin membuka cafe di kawasan kampus. Saya dan istri ingin mengajak Pak Bara dan istri untuk mengelola cafe tersebut," ucap klien tersebut.

Syasa hanya menganggukan kepala sambil senyum. Bara terus mengambil ahli dalam menjawab.

"Saya dan istri akan diskusi dulu ya pak."

"Saya sangat berterimakasih sekali kalau Pak Bara dan istri mau bekerja sama mengelola cafe tersebut."

Keberuntungan sekali ditawarkan mengelola cafe. Tapi Syasa tidak bisa mengambil keputusan. Mengelola rumah tangga saja tidak bisa apalagi mengelola usaha orang lain. Syasa rasa Bara pun akan mempertimbangkan hal tersebut. Mengingat hubungan  mereka tidak akan bertahan lama.

"Ayo kita foto?" ajak istri klien.

"Sya--"

Ucapan Syasa terputus karena Bara langsung menyetujuinya. Laki-laki ini mengulurkan tangannya ke Syasa, "Ayo, sayang?" ucapannya membuat Syasa mendelik. Kedua matanya bertemu pandang dengan manik hitam Bara. Sangat berbeda cara pandang Bara. "Andai dia seperti ini dari dulu, akupun akan sama memperlakukannya." tapi tidak. Semua ini dilakukan hanya menciptakan image bagus dipandangan klien tersebut.

Syasa menerima uluran tangan Bara. Tangannya terasa dingin dan pas untuk digengam. Bara membawa Syasa berdiri disampingnya. Dengan senyum terpaksa, dua kali foto menjadi sebuah kenangan terakhir kalinya Syasa dan Bara foto bersama.

Sore hari tiba. Klien barusaja pulang. Begitupun dengan Syasa dan rombongan. Syasa bernapas lega saat semua drama telah selesai. Kini ia sedang mengemasi pakaiannya dan segera menemui Wawan yang sudah menunggu di depan kamar hotelnya.

"Sudah siap?"

••••••

Sedang dalam perjalanan. Syasa merasa lelah setengah harian berada di kegiatan tersebut. Kepalanya ia sandarkan ke jendela. Ekor matanya melirik Bara yang sudah sibuk dengan membalas chat dari kekasihnya itu. "Huemm!!"

Ponsel Syasa bergetar. Chat masuk dari Wawan.

Wawan:
"Tadi kalian kemana?"

Syasa:
"Makan di luar,"

Wawan:
"Sikap dia gimana sama kamu?"

Syasa:
"Lebih tepatnya dia ber-drama disana."

Wawan:
"Kamu?"

Syasa
"Lebih memilih diam."

Wawan:
"Sampai dirumah istirahat ya. Kamu keliatannya cape banget."

SYASA (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang