Tiga minggu di Medan.
Syasa sudah gencar mencari lowongan pekerjaan. Beberapa saudara Syasa menyempatkan diri untuk datang kerumah menemuinya.
"Makin cantik ya sya."
"Heheh.. Makasih bu. Ibu juga makin cantik kok."
Walau sudah tiga minggu ia di Medan, Syasa belum mengabari teman-teman apalagi membuat story di akun media sosialnya. Syasa masih ingin melepas rindu dengan keluarga dan orang-orang terdekat.
Mengenai adik bungsunya, Teza. Syasa belum menebus ijazahnya. Karena uang tabungan Syasa digunakan untuk membeli obat Fahrial dan membayar hutang Meta ke tetangga.
•••••
Sore itu, Syasa diajak Veby ke sawah. Dari mereka kecil, Meta sudah menyewa sepetak sawah untuk tambahan penghasilan. Disawah itulah Syasa, Veby dan Teza membantu dan sekaligus bermain di kobangan lumpur.
Kini kobangan lumpur itu sudah kering dan ditanami sayuran. Syasa dan Veby turun langsung ke sawah membantu Meta menanam padi. Baru beberapa baris, Veby sudah iseng melempar bulatan tanah kecil yang mengotori bajunya.
"Veby!!"
"Heheheh...maaf kakakku."
Dan Teza, adik bungsunya itu juga ikut usil seperti Veby.
"Kalian??" Syasa tertawa, ia mengejar Veby dan Teza.
"Nah kena kan." Syasa mengotori kening Teza dengan lumpur ditangannya.
Kini giliran Veby, adiknya itu sudah menyerah lebih dulu. "Iya-iya, Veby ngaku kalah kak. Ampuunnn."
Dulu, setelah pulang sekolah dan makan siang, Meta selalu mengajak anak-anaknya ke sawah jika musim jaga padi. Tidur di gubuk sawah sudah terbiasa bagi mereka.
Di bawah pohon mangga, Veby dan Syasa membersihkan tangan mereka. Ada kolam kecil yang biasa digunakan Meta dan Fahrial untuk mencuci kaki atau tangan. Mereka beristirahat di tempat itu.
Veby meminjam ponsel berlayar full screen milik Syasa.
"Kakak kenapa enggak buka Instagram selama di Yogyakarta?" tanya Veby.
"Kakak sibuk by. Pagi kerja, malam kuliah. Jadi utamakan yang penting-penting aja."
Veby mengangguk, ia me-login Instagram dengan akun Syasa. @Syasa_apriyani01
"Pantesan. Veby sering dm kakak. Nge-tag akun kakak, tapi enggak ada respon."
"Hehehee...maaf ya,"
Ratusan dm dan pemberitahuan masuk dan terpampang diatas layar.
"Banyak banget dm nya kak." Veby men-scroll ke bawah.
Syasa hanya diam. Sudah pastilah banyak, tiga tahun tidak buka akun. Paling kalau mau nge-cek dari akun Muthia.
"Banyak dm dari kak Nadia?" seru Nadia masih men-scroll pemberitahuan.
"Nadia?" tanya ulang Syasa.
"Iya kak." Veby mengiyakan pertanyaan Syasa. Ia menunjukkan ratusan dm dari Nadia.
"Nadia pernah datang ke rumah?"
"Udah lama sih. Tapi cuma dua kali aja. Tau kakak di Yogyakarta, dia gak datang lagi."
"Ooh..."
Nadia Silvia, teman satu les komputer waktu SMP. Syasa menjalin hubungan baik dengannya. Keputusan Syasa ke Yogyakarta memang tidak banyak diketahui orang-orang, selain keluarga dan para tetangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
SYASA (SELESAI)
Romance18+ Nikah di jodohkan emang sudah biasa✔ Nikah tanpa cinta juga sering terjadi✔ Tapi bagi Syasa semua itu tidak diinginkan. Walau dijodohkan dan nikah tanpa cinta, bukan berarti pernikahan untuk status dan bercerai. "Aku menyerah," •••••••••••...