Bagian-48

3.1K 119 4
                                    

Yok dibaca
Yok divote
Yok dikomentari
Yok bisa yok💪


Masih dengan kegelapan yang Syasa inginkan. Meringkuk disudut kamar dengan menatap dinding kamar. Airmata bahkan sudah nyerah untuk menetes. Apalagi hidupnya?

Syasa tersenyum tipis. "Sangat bodoh!" Andai empat bulan lalu dia tidak bodoh memberikan kesempatan kedua untuk Bara, mungkin Syasa sudah memiliki kehidupan yang cerah.

Geluduk di luar terdengar. Hembusan angin malam menyelinap masuk dari sela-sela jendela kamarnya. Syasa menghembuskan napas panjang sebelum akhirnya ia terpaksa berdiri. Ya. Syasa mendengar suara Teza yang memanggilnya. Titan, boleh saja Syasa hiraukan. Tapi Teza, mungkin tidak.

Ia keluar dari kamar dan menghidupkan lampu ruang tamu.

"KAK SYA?" teriak Teza sambil mengetuk pintu.

"YA ZA." jawab Syasa.

Syasa memegang gagang pintu. Sebelum membukanya, Syasa menghembuskan napas dan mengusap wajahnya.

Ceklek...

Hal yang Syasa lakukan adalah tersenyum. Teza datang seorang diri. Menatap Syasa dari atas hingga bawah.

"Kakak ngak papa kan?" Khawatir nya.

"Emang kakak kenapa?" Tanya Syasa balik.

Teza menunjukkan ponselnya. "Bang Bara nelpon Teza sama Kak Veby. Katanya HP Kak Syasa ngak aktif dari tadi pagi. Kenapa kak?"

Syasa pura-pura menepuk kening. "Oh itu..." Syasa memegang pundak Teza. "kakak ngakpapa kok. Santai aja. Bara aja yang berlebihan."

Teza menunjukkan layar ponselnya, dimana ada panggilan telepon dari Bara. "Nah kak, ngomong dulu sama Bang Bara."

Syasa menatap lama panggilan tersebut. Hingga teguran sekali lagi dari Teza barulah ia terpaksa mengangkat telepon itu.

"Hal---"

"Sya? Ini kamu kan? Kenapa nomor kamu ngak aktif? Sya, kamu baik-baik aja kan? Aku suruh Titan jemput kamu, kenapa kamu milih pulang sama Wawan. Sya, jawab aku sya."

Syasa sekali lagi menghembuskan napas panjang. Sambil memijat kening, ia menjawab. "Aku baik-baik aja. Kamu ngak usah khawatir."

"Kasih aku alasan yang valid, kenapa nomor kamu ngak aktif seharian ini?"

"Aku lupa charger HP."

"Kamu bohong! Bilang aja kamu mau jalan sama Wawan kan?"

Syasa geleng kepala. Dirinya lah yang lebih pantas berkata seperti itu kepada Bara. "Jadi gimana dengan kamu? Huh!!" Jawab Syasa dalam hati.

"Terserah kamu mau percaya atau ngak."

"Pulang aku nanti, kamu akan dapet hukuman. Liat aja nanti."

Syasa tersenyum tipis dan geleng kepala. Dia atau Bara yang akan dapat hukuman, semuanya ada ditangan Syasa.

"Hmmm..."

"Kamu udah makan? Dirumah sama siapa? Aku suruh mama nemenin kamu ya?"

"Ngak perlu. Aku bisa sendiri. Yaudah ya, Teza mau pulang. Kasian dia baru pulang kerja. Daahhh..." Syasa memutuskan panggilan telepon itu dan menyuruh Teza pulang.

"Kakak yakin ngakpapa ditinggal sendiri?"

Syasa mengangguk. "Kakak udah besar za. Kamu ngak usah khawatir gitu deh."

SYASA (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang