Bagian-47

3K 108 13
                                    

Yok dibaca
Yok divote
Yok dikomentari
Yok bisa yok💪


Syasa duduk di sofa, ia berusaha menahan tangisnya saat Wawan terus mencerca dia dengan pertanyaan.

"Kenapa? Bilang sama aku, kamu kenapa?"

Syasa menatap meja. Batinnya terus memaki nama Bara.

Perlahan Wawan memegang satu pundak Syasa. "Cerita sama aku?" Suara lembut Wawan membuat Syasa terisak.

Harus apa dia? Disaat ia sudah terlalu percaya Bara, tapi Bara menjatuhkan kepercayaannya. Dan saat ini, bukanlah waktu yang tepat untuk ia cerita ke siapapun. Syasa butuh ruang sendiri.

"Aku ngakpapa," Jawab Syasa.

"Ngakpapa gimana? Kamu nangis tadi kan?"

Syasa menghembuskan napas panjang, menoleh ke Wawan. Kini tatapan mereka bertemu. Syasa melemparkan senyum tipisnya. "Maaf. Aku ngakpapa. Mungkin bapak salah liat."

Syasa berdiri dan ingin meninggalkan ruangan Wawan. Tapi saat mendengar ucapan Wawan, langkahnya berhenti.

"Aku tau. Kamu nangis saat tau di pertemuan itu Bara bertemu dengan selingkuhannya kan?"

Deg!

Jantung Syasa berdegup kencang. "Apa Wawan sudah tau tentang video itu juga?"

Tanpa menoleh ke belakang, Syasa berkata. "Benar atau ngak. Hanya aku yang tau gimana perasaanku saat ini. Aku permisi..." Syasa meninggalkan ruangan Wawan. Hatinya sangat sakit. Harusnya di awal itu Syasa tidak usah percaya kata-kata Bara. Dan sekarang nasi sudah menjadi bubur. Syasa sudah tenggelam dalam hubungan yang menjebaknya.

Kembali bekerja tanpa mau mendengar apapun ucapan orang termasuk rekan satu ruangan. Mood Syasa berubah drastis saat ini. Jika diperbolehkan pulang, ia akan memilih pulang kerumah ibunya. Ya, Syasa kangen pelukan Ibu.

Berbeda dengan Syasa. Bara di kamar hotel seperti orang gila. Melemparkan barang-barang hotel lalu termenung di lantai.

"ANJING KAU NADIA!!"

Bara sangat menyesal. Ternyata cintanya untuk Nadia masih saja menjadi mainan bagi perempuan itu. Bara memukul pahanya. "Bodoh! Bodoh! Bodoh kau Bara!!"

Entah bagaimana cara Bara untuk menyembunyikan hal itu. Karena Bara tau, Nadia adalah perempuan licik. "Apa Nadia memberi tau Syasa?"

Kepala Bara ingin pecah rasanya. Segera ia menelpon Syasa, namun nomor istrinya itu tidak aktif. Bara coba positif thingking. "Ya. Mungkin baterai ponsel Syasa mati."

Bara menghembuskan napas beberapa kali. Gimanapun, ia harus menyembunyikan hal bodohnya ini dari siapapun.

"Semangat bar, semangat!"

Bara kembali merapikan kamarnya. Kemudian ke luar menemui rekan kerjanya. Saat sarapan, Bara berpapasan dengan Nadia. Perempuan itu berpakaian sangat seksi dan menghampiri Bara tanpa bersalah sama sekali.

"Gimana tidur kamu, sayang?" Sapanya.

Bara membuang wajahnya. Nadia terlihat seperti jalang. Bara tidak memperdulikan Nadia, Laki-laki itu pergi mengambil segelas teh hangat kemudian duduk dengan rekan kerjanya.

Jika saja tidak ada lagi meeting penting hari ini, Bara akan meminta izin untuk kembali ke Medan. Tapi situasi tidak mendukung. Meeting kali ini sangat penting mengenai anggaran untuk proyek yang baru saja disepakati.

Gagal fokus. Bara tidak memperhatikan Nadia yang duduk tidak jauh dari meja mereka. Perempuan itu beberapa kali melambaikan tangan ke arah Bara. Tapi Bara tidak peduli. Pikirannya menuju ke Syasa.

SYASA (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang